Logo Bloomberg Technoz

Langkah-langkah tersebut mencakup sanksi terhadap fasilitas kilang minyak India, di mana Rosneft memegang 49,13% sahamnya. Perusahaan ini dikelola oleh Dewan Direksi independen.

“Alasan Uni Eropa untuk mengenakan sanksi sepenuhnya mengada-ada dan keliru. Nayara Energy adalah badan hukum India yang kegiatan ekonominya ditujukan untuk pengembangan asetnya,” tegas Rosneft dalam pernyataannya yang diunggah ke situs resmi perusahaan, Minggu (20/7/2025).

“Badan hukum ini sepenuhnya dikenakan pajak di India. Para pemegang saham Nayara Energy tidak pernah menerima pembayaran dividen dan akumulasi laba telah digunakan secara eksklusif untuk pengembangan kilang, petrokimia, dan jaringan ritel perusahaan di India,” tegas perusahaan.

Sekadar catatan, Nayara mengoperasikan kilang berkapasitas 400.000 barel per hari (bph)  dan memiliki hampir 7.000 gerai bahan bakar di seluruh India. Perusahaan ini juga sedang mengembangkan pabrik petrokimia terintegrasi di sebelah kilangnya.

Kepemilikan Nayara saat ini dibagi antara Rosneft dan konsorsium investasi SPV Kesani Enterprises Co., sementara sisa sahamnya dipegang oleh investor ritel.

Adapun, kilang Nayara disebut sebagai aset strategis yang penting bagi industri energi India, ldan menyediakan pasokan produk minyak bumi yang stabil ke pasar domestik negara tersebut.

“Penerapan sanksi terhadap kilang ini secara langsung mengancam ketahanan energi India dan akan berdampak negatif terhadap perekonomiannya,” tuding Rosneft.

Perusahaan migas terbesar Rusia itu pun menyebut tindakan Uni Eropa tersebut menunjukkan “pengabaian total, tidak hanya terhadap hukum internasional, tetapi juga kedaulatan negara ketiga.”

Lebih lanjut, Rosneft memandang sanksi tersebut sebagai bagian dari “kebijakan destruktif Uni Eropa yang bertujuan untuk mengganggu stabilitas pasar energi global,” serta contoh sebagai praktik persaingan tidak sehat.

“Kami berharap Nayara Energy akan mengambil langkah-langkah untuk melindungi kepentingan sah para pemegang saham dan konsumennya, yang akan didukung oleh pemerintah Rusia dan India,” tegas perusahaan tersebut.

Pada Jumat pekan lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri India Randhir Jaiswal mengatakan dalam pernyataan di X bahwa negaranya "tidak menyetujui tindakan sanksi sepihak apa pun."

Untuk diketahui, pendapatan minyak Rusia pada Juni merosot ke level terendah dalam 2 tahun, terdampak oleh pelemahan harga minyak global dan penguatan mata uang rubel, yang membuat setiap barel minyak menghasilkan lebih sedikit pendapatan bagi Kremlin.

Pendapatan dari sektor minyak turun hampir 30% menjadi 415,6 miliar rubel (sekitar US$5,27 miliar), menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan data Kementerian Keuangan yang dirilis awal bulan ini. Angka ini merupakan yang terendah sejak Juni 2023.

Jika digabungkan, penerimaan Rusia dari pajak minyak dan gas turun sepertiga dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi hampir 495 miliar rubel. Ini merupakan angka terendah sejak Januari 2023.

Secara volume, ekspor minyak mentah Rusia juga mendekati level terendah dalam lebih dari dua bulan karena penurunan arus dari pelabuhan yang lebih kecil mengimbangi peningkatan kargo dari terminal yang lebih besar, yang membantu menekan nilai mingguan ekspor Moskwa.

Kargo minyak mentah yang diangkut melalui laut rata-rata 3,21 juta bph dalam empat pekan hingga 29 Juni, meningkat hanya 1% dari periode hingga 22 Juni. Realisasi tersebut sekaligus mendandakan arus terendah sejak pertengahan April. 

(wdh)

No more pages