Faktor penekan rupiah pagi ini bukan lagi faktor DXY, meski indeks dolar AS yang melemah di awal perdagangan hari ini saat ini berbalik menguat lagi.
Tekanan pada rupiah sepertinya bersumber dari Negeri Sakura Jepang.
"Partai LDP dan koalisi Komeito gagal mencapai target kemenangan minimal di Pemilu Majelis Tinggi, sehingga rupiah berpotensi terdepresiasi di rentang Rp16.300-Rp16.400/US$ akibat potensi pelemahan yen di kisaran JPY 150-155/US$," kata tim analis Mega Capital Sekuritas dalam catatannya pada klien pagi ini.
Melansir data Bloomberg, pairing USD/JPY masih melemah 0,22% di kisaran 148,49 per dolar AS.
Analis memperkirakan intevensi BI berpeluang berlanjut hari ini untuk mencegah depresiasi rupiah terlalu dalam serta menjaga yield 10Y SUN bertahan pada rentang 6,50-6,55%.
Pelemahan rupiah berlangsung di kala indeks saham IHSG dibuka menguat lagi hingga 0,74%, meski setelah itu penguatannya berkurang menjadi tinggal 0,47% di kisaran 7.345.
Adapun di pasar surat utang negara, seperti ditunjukkan data OTC Bloomberg, yield SUN mayoritas turun, menunjukkan kenaikan harga.
Yield 2Y turun 3,5 bps bersama tenor 5Y yang juga tergerus 1,1 bps. Sedangkan tenor 10Y, imbal hasilnya turun 0,7 bps di level 6,53%.
Lonjakan harga SUN pagi ini melanjutkan tren bullish pasar obligasi pemerintah yang berlangsung Jumat lalu.
(rui)





























