Dari sisi suplai, pasar dalam negeri juga kesulitan dalam hal likuiditas yuan karena saat ini semakin banyak perusahaan dari China yang mengimpor barang dan meminta pembayaran menggunakan yuan.
"Likuiditas yuan kurang, jadi perlu ada investasi dari China atau penerbitan semacam instrumen obligasi denominasi yuan Dimsum Bons ini untuk memenuhi likuiditas," tutur David.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan memastikan peluncuran Dimsum Bond dan Kangaroo Bond akan dilakukan dengan melihat situasi pasar.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto mengatakan kondisi pasar yang dimaksud adalah waktu dan trajektori atau lintasan pemenuhan kebutuhan pembiayaan.
"Kami melihat kondisi pasar seperti apa, kalau menerbitkan [denominasi] dolar Amerika Serikat ya bond market dolar AS seperti apa, kalau dolar Australia, bond market seperti apa," ujar Suminto saat ditemui di Jakarta, dikutip Jumat (13/6/2025).
Dalam hal ini, penerbitan obligasi dengan denominasi di luar dolar AS akan memengaruhi komposisi utang Indonesia. Namun, pemerintah pada dasarnya memang bersikap fleksibel dalam pembiayaan, sehingga besaran dan denominasi dari instrumen pembiayaan akan disesuaikan dengan perkembangan.
Di sisi lain, Suminto juga menjelaskan bahwa penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) hingga saat ini masih berada di jalur yang tepat dalam memenuhi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2025. Hingga saat ini, penerbitan utang pemerintah, baik SBN maupun pinjaman, ditujukan bagi pembiayaan APBN 2025 yang didesain defisit 2,53% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Pemerintah akan dengan konsisten menjalankan prinsip kehati-hatian dan akuntabilitas fiskal. Penerbitan SBN dilakukan secara oportunistik dan fleksibel, mempertimbangkan kondisi pasar keuangan, perkembangan kebutuhan pembiayaan, dan kondisi kas negara. Komposisi utang dari segi instrumen, tenor, mata uang, dan suku bunga terus dijaga optimal," ujarnya.
Suminto menjelaskan pemerintah juga memiliki bantalan yang cukup, seperti Sisa Anggaran Lebih (SAL) dan posisi kas yang memadai dalam menghadapi risiko pasar, khususnya dampak dinamika global.
Selain itu, kinerja lelang Surat Utang Negara (SUN) dinilai terjaga positif. Lelang SUN pada 20 Mei 2025 mencatat total penawaran yang masuk atau incoming bids tertinggi sejak lelang SUN pada 31 Agustus 2021 yaitu mencapai Rp108,3 triliun, dengan incoming bids investor asing sebesar Rp18,3 triliun. Hingga 11 Juni 2025, investor asing mencatatkan aliran modal masuk atau capital inflow sebesar Rp52,21 triliun pada sepanjang tahun berjalan atau year-to-date (ytd).
(ain)
































