Pergeseran merah ini menyebabkan panjang gelombang cahaya meningkat, berpindah dari cahaya tampak ke inframerah bahkan gelombang radio, yang tidak dapat dideteksi oleh mata manusia tanpa bantuan instrumen khusus. Maka, meski ada banyak cahaya di ruang angkasa, cahaya tersebut berada di luar spektrum yang bisa kita lihat, membuatnya tampak gelap.
Fenomena ini juga menjelaskan mengapa teleskop inframerah seperti James Webb Space Telescope (JWST) sangat penting untuk mengamati objek-objek jauh di alam semesta. Mereka menangkap cahaya yang tidak terlihat oleh mata manusia, yang telah bergeser jauh akibat efek Doppler.
Paradoks Olbers: Mengapa Langit Malam Tidak Dipenuhi Cahaya Bintang?
Paradoks Olbers adalah teori klasik yang menjawab pertanyaan mengapa langit malam tidak seterang siang jika jumlah bintang di alam semesta tidak terbatas. Paradoks ini menyatakan bahwa, jika alam semesta statis dan tak berujung, maka setiap titik langit malam seharusnya dipenuhi oleh cahaya dari bintang.
Namun kenyataannya, langit malam gelap. Paradoks ini diselesaikan oleh teori modern bahwa alam semesta sedang mengembang dan memiliki usia terbatas. Cahaya dari bintang-bintang yang sangat jauh belum sempat mencapai Bumi, atau sudah terlalu bergeser menjadi gelombang tak terlihat seperti inframerah, gelombang mikro, hingga radio karena ekspansi kosmik.
Tenley Hutchinson-Smith, seorang mahasiswa pascasarjana astronomi di University of California, Santa Cruz (UCSC), menjelaskan bahwa ekspansi alam semesta membuat cahaya dari galaksi jauh teregang dan tidak lagi berada dalam spektrum cahaya tampak. Maka dari itu, langit tetap tampak gelap meskipun alam semesta penuh dengan bintang.
Kenapa Langit di Bumi Biru, Tapi Hitam di Luar Angkasa?
Pertanyaan ini sering muncul terutama setelah kita melihat foto luar angkasa yang menunjukkan langit gelap gulita, berbanding terbalik dengan langit biru cerah di Bumi. Penjelasannya ada pada interaksi cahaya dengan atmosfer. Di Bumi, sinar Matahari mengenai partikel udara dan tersebar ke segala arah, khususnya warna biru yang paling mudah tersebar karena panjang gelombangnya pendek.
Namun di luar angkasa, tidak ada atmosfer sehingga tidak ada penyebaran cahaya. Cahaya hanya mengenai objek-objek seperti satelit, planet, atau wahana antariksa, dan sekitarnya tetap gelap. Inilah alasan mengapa langit terlihat hitam meski Matahari bersinar dengan terang.
Apakah Ruang Angkasa Benar-Benar Gelap?
Menariknya, meskipun ruang angkasa tampak gelap bagi manusia, nyatanya ruang angkasa tidak sepenuhnya gelap. Dengan instrumen yang sensitif terhadap panjang gelombang lain (seperti infra merah dan ultraviolet), para ilmuwan menemukan bahwa alam semesta dipenuhi oleh radiasi latar belakang kosmik dan cahaya dari bintang-bintang jauh.
Namun karena keterbatasan indera penglihatan manusia, kita hanya dapat menangkap sebagian kecil spektrum elektromagnetik, yaitu cahaya tampak, sehingga alam semesta terlihat gelap bagi mata telanjang.
(seo)




























