Skau mengatakan PBB berusaha memenuhi kebutuhan penduduk yang terus meningkat, meski hanya mampu mengirim sebagian kecil dari yang dibutuhkan, bahkan setelah Israel mencabut blokadenya.
Juru bicara PBB Stéphane Dujarric mengungkap enam dari 15 gerakan kemanusiaan yang memerlukan koordinasi dengan otoritas Israel telah difasilitasi pada Kamis.
"Setiap hari tanpa gencatan senjata mengakibatkan lebih banyak kematian yang sebenarnya dapat dicegah," kata Dujarric kepada wartawan.
PBB juga telah mengutakan keprihatinannya atas terbunuhnya warga sipil di dekat lokasi distribusi bantuan. Mengutip data Kantor Hak Asasi Manusia PBB, Dujarric menyebut sekitar 800 warga Palestina telah tewas antara akhir Mei dan Juli saat berusaha mendapatkan makanan, sebagian besar di dekat lokasi yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF).
"Semua angka tersebut menyoroti butuhnya investigasi independen untuk mengetahui mengapa orang-orang terbunuh saat hanya berusaha mengakses bantuan," tegasnya.
GHF, yang didukung oleh AS dan Israel, telah menuai kritik dari PBB dan kelompok hak asasi manusia lainnya atas metodenya yang membuat warga Palestina yang mencari bantuan terkena tembakan senjata.
Washington telah berulang kali membela GHF dan operasinya, dengan alasan untuk mencegah bantuan mencapai Hamas. Departemen Luar Negeri AS bulan lalu mengumumkan dana sebesar US$30 juta untuk GHF.
Serangan Hamas pada 7 Oktober menewaskan 1.200 orang di Israel dan sekitar 250 orang diculik. Dari jumlah tersebut, 50 sandera masih berada di Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 57.000 warga Palestina tewas akibat agresi Israel.
(bbn)






























