Dana asing pun kembali menyerbu obligasi pemerintah setelah pada Juni lalu membukukan net sell bulanan senilai Rp7,59 triliun. Sampai data terakhir 9 Juli, pemodal asing mencatat posisi beli bersih Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp17,56 triliun month-to-date.
Di pasar ekuitas, saham-saham perbankan juga kembali diburu hingga mengantar IHSG hari ini memperpanjang reli sepekan terakhir menyentuh 7.044.
Saham BMRI, BBRI, BRIS, BBCA, juga BBNI menjadi pengungkit indeks sampai jelang penutupan pasar sore ini.
Bank Indonesia akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan pada 15-16 Juli, atau pekan depan. Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg sampai Jumat petang ini, menghasilkan angka median 5,25%. Pasar kelihatan masih agak terbelah meramal kebijakan Perry Warjiyo dan kolega pekan depan.
Sebanyak 10 dari 19 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, memperkirakan BI rate akan diturunkan 25 bps pada pertemuan Juli ini, sebesar 25 bps ke level 5,25%.
Sebagian besar ekonom yang memperkirakan penurunan BI rate pekan depan di antaranya adalah dari bank asing, seperti ANZ Banking Group, BNP Paribas, Barclays, Citigroup, OCBC, lalu Standard Chartered, juga CIMB Ltd selain sekuritas lokal.
"Kami perkirakan BI rate diturunkan 25 bps menjadi 5,25%, pekan depan," kata Fixed Income and Market Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi dalam catatannya hari ini.
Sementara ekonom Bloomberg Economics Tamara Mast Henderson menilai, BI belum akan menurunkan bunga acuan pada pertemuan pekan depan karena terhadang urgensi mengawal stabilitas rupiah yang masih dibayangi ketidakpastian pasar global akibat isu tarif.
"BI kemungkinan akan menahan suku bunga, memastikan rupiah tetap stabil di tengah pengumuman tarif AS yang mengecewakan. Amerika telah menunjukkan kesediaan terbatas untuk memangkas besar tarif meski Indonesia dan mitra dagang lain telah memberikan banyak konsesi, yang memberikan tekanan lebih kecil pada rupiah dan mata uang negara lain," jelas Tamara dalam catatannya, hari ini.
Rupiah hari ini berhasil ditutup menguat 0,06% di level 16.211/US$, namun masih mencerminkan pelemahan mingguan sebesar 0,16%.
Meski masih membukukan pelemahan sepekan ini, akan tetapi bila dihitung selama kuartal ketiga, rupiah keluar sebagai valuta terbaik di Asia kedua dengan penguatan 0,17% ketika indeks dolar AS mencetak penguatan 0,92%.
Indonesia menghadapi pengenaan tarif 32% mulai 1 Agustus nanti menyusul upaya negosiasi yang belum membuahkan hasil apa-apa.
Inflasi Rendah
Keyakinan sebagian pelaku pasar bahwa BI rate bisa dipangkas bulan ini, bukan hanya karena kinerja rupiah yang sebenarnya cukup stabil ketika indeks dolar AS menguat lebih banyak pada periode yang sama.
Rilis beberapa data penting ekonomi domestik sejak terakhir kali RDG digelar, juga mendukung ekspektasi tersebut.
Inflasi pada Juni masih terkendali di kisaran rendah di 1,87%. Sementara muncul sinyal pelemahan permintaan yang terlihat dari melambatnya inflasi inti dua bulan beruntun. Laju inflasi inti pada Juni hanya tercatat sebesar 2,37%, melemah dibanding Mei sebesar 2,40%.
Ekspektasi inflasi ke depan juga masih rendah. Indeks Ekspektasi Harga tiga bulan ke depan atau pada Agustus, masih rendah dengan penurunan indeks menjadi 139,6. Penurunan ekspektasi harga pada Agustus melanjutkan tren serupa sejak Mei, Juni dan Juli.
Di sisi lain, perekonomian domestik makin benderang menunjukkan kelesuan yang membutuhkan intervensi. Aktivitas manufaktur RI pada Juni kembali terkontraksi untuk tiga bulan beruntun.
Disusul oleh kinerja penjualan eceran yang kontraksinya lebih dalam pada Mei ketika perkiraan kinerja pada Juni juga masih lesu.
Keyakinan konsumen juga masih rapuh di mana ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi ke depan makin menurun optimismenya, ketika kondisi penghasilan juga menunjukkan alokasi untuk tabungan kian terkuras untuk membiayai konsumsi.
Sementara kinerja neraca dagang masih melegakan dengan nilai surplus kembali melesat tajam, menyentuh US$4,3 miliar pada Mei lalu, yang mungkin memberikan sokongan positif pada stabilitas transaksi berjalan sampai akhir tahun.
Nilai cadangan devisa sebagai garda depan penjagaan rupiah, juga masih melimpah sebesar US$152,6 miliar, tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
-- update pada konsensus pasar untuk BI rate pekan depan.
(rui/aji)






























