Kapal tersebut merupakan pengangkut barang curah yang membawa biji-bijian untuk Program Pangan Dunia (WFP) menuju Somalia, dan diserang pada Senin setelah menyelesaikan perjalanannya. Serangan ini menjadi salah satu yang paling mematikan oleh kelompok militan tersebut sejak mereka mulai menargetkan kapal dagang di Laut Merah pada 2023 sebagai respons atas perang Israel terhadap Hamas yang didukung Iran di Gaza.
Ini juga menjadi serangan Houthi pertama dalam beberapa bulan terakhir di wilayah maritim tersebut, menyusul konfrontasi militer Israel-Iran dan masih berlangsungnya perang Israel-Hamas.
Kekerasan ini menambah kekhawatiran kru kapal yang harus berlayar melalui Laut Merah, jalur yang tak terhindarkan bagi kapal yang melewati Terusan Suez Mesir untuk menghubungkan Asia dan Eropa. Jika serangan berlanjut, dampaknya bisa menaikkan harga minyak, tarif pengiriman, dan premi asuransi karena terganggunya rantai pasok global.
Pada Minggu, Houthi juga menyerang kapal berbendera Liberia lainnya, Magic Seas, dengan rudal, granat berpeluncur roket, dan tembakan senjata api, menurut UKMTO. Houthi mengklaim serangan ini melalui pernyataan yang disiarkan di televisi. Kapal Magic Seas adalah kapal Ultramax milik perusahaan Yunani, Stem Shipping. Uni Emirat Arab menyatakan berhasil menyelamatkan 22 orang dari kapal tersebut.
Menurut pejabat AS, Magic Seas kini juga telah tenggelam.
“Amerika Serikat akan terus mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi kebebasan navigasi dan pelayaran komersial,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, Rabu. Ia menyebut serangan itu mengakibatkan “kematian tragis tiga pelaut, melukai banyak lainnya, serta kehilangan total kapal Magic Seas beserta muatannya.”
Joint Maritime Information Center (JMIC), bagian dari Komando Maritim Gabungan di Bahrain, menyatakan bahwa pemilik kapal Eternity C memiliki kapal lain yang pernah bersandar di pelabuhan Israel, salah satunya pada awal Juni. JMIC juga menyebut bahwa Magic Seas dan kapal lain milik pemilik yang sama juga pernah melakukan kunjungan ke pelabuhan Israel.
Pemilik Eternity C dan Magic Seas belum bisa dimintai komentar terkait riwayat pelabuhan kapal-kapal mereka.
Serangan ini juga menimbulkan pertanyaan terhadap kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok Houthi yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada Mei lalu, menyusul kampanye pemboman intensif AS dan Israel terhadap target Houthi di Yaman. Houthi sebelumnya mengancam akan kembali menyerang kapal-kapal di Laut Merah jika AS bergabung dalam serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.
Serangan terhadap Eternity C terjadi sekitar 51 mil laut sebelah barat kota pelabuhan Hodeida, Yaman — tak jauh dari lokasi serangan terhadap Magic Seas. Houthi mengklaim bahwa serangan terhadap Magic Seas dilakukan karena kapal tersebut pernah singgah di pelabuhan Israel.
Stem Shipping menyatakan bahwa mereka telah menghentikan pelayaran melalui Laut Merah sejak Houthi menyerang kapal tanker minyak Sounion yang dioperasikan Yunani pada Agustus tahun lalu. Perusahaan baru kembali menggunakan jalur tersebut setelah AS mengumumkan gencatan senjata.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan serangan udara terhadap pelabuhan Hodeida, Ras Issa, dan Al-Salif di Laut Merah serta pembangkit listrik di Hodeida pada Minggu, menurut unggahan di akun X resmi IDF, sebagai balasan atas serangan terhadap Magic Seas.
(bbn)































