Logo Bloomberg Technoz

Redha menjelaskan bahwa sebelumnya para petani hanya menjual teh seharga Rp15 ribu per kilogram, namun setelah mendapatkan pelatihan dan pendampingan, harga teh mereka bisa meningkat menjadi Rp800 ribu hingga Rp1 juta per kilogram.

Saat ini, Sila membina sekitar 8 petani utama dengan jaringan hingga 25 pemetik per petani, yang secara tidak langsung membuka peluang ekonomi bagi ratusan orang dalam rantai pasoknya.

Perjalanan bisnis Sila makin bertumbuh sejak menjadi nasabah BRI pada 2021. Redha mengaku telah memanfaatkan fasilitas pembiayaan Kredit Modal Kerja (KMK) serta mengikuti berbagai program pendampingan, seperti Growpreneur Pengusaha Muda BRILiaN dan BRI UMKM EXPO(RT). Bahkan, Sila meraih Juara 1 The Best Expo pada ajang tersebut dan mewakili Indonesia di FHA Food and Beverages Singapore 2025.

“Di sana kami mendapatkan pengalaman dan pembelajaran mengenai mempromosikan produk kami. Bagi Sila ini bukan sekadar untuk mencari nilai pembelian, tapi juga mendapatkan insight dari feedback pengunjung, sehingga kami lebih semangat berinovasi,” kata Redha.

Sementara itu, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi menegaskan bahwa kisah Sila menjadi bukti nyata bahwa BRI berkomitmen mengangkat UMKM lokal agar naik kelas.

“Kami melihat UMKM lokal memiliki potensi besar untuk tumbuh dan memberi dampak bagi masyarakat. BRI berupaya support mereka agar naik kelas melalui pendampingan, pembiayaan, dan akses pasar, terutama bagi usaha yang selaras dengan prinsip ESG,” imbuh Hendy.

(tim)

No more pages