Dinamika Perekonomian Global Sepanjang 2024
Sri Mulyani memaparkan bahwa pada tahun itu, terjadi konflik antara Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut, dan menyebabkan pasokan bahan pangan dan pupuk terganggu. Tak hanya itu, ketegangan yang terjadi antara Israel dan Iran juga mengancam pasokan minyak.
Di kawasan Asia, konflik berkepanjangan dengan tensi tinggi antara China dan Taiwan yang melibatkan Amerika Serikat (AS) membuat pertumbuhan ekonomi China melemah, konsumsi domestik rendah, dan terjadi krisis sektor properti serta utang tersembungi di pemerintah daerah.
2024 merupakan tahun pemilihan umum (Pemilu) global, di mana lebih dari 70 negara menyelenggarakan pemilihan pemimpin yang melibatkan lebih dari 2 miliar pemilih. Hal ini menyebabkan fluktuasi di pasar keuangan, investasi yang melesu, dan rantai pasok yang terganggu.
Dinamika Perekonomian Dalam Negeri pada 2024
Di dalam negeri, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa fenomena iklim alami berupa peningkatan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur yang lebih hangat dari biasanya atau biasa disebut dengan El nino menyebabkan penurunan produksi pertanian. Hal ini menyebabkan inflasi naik akibat lonjakan harga pangan.
Di sisi lain, momentum Pemilu, baik presiden maupun legislatif menjadi katalis pemulihan ekonomi nasional.
Realisasi Kinerja APBN 2024
Mengamati sentimen ekonomi baik di dalam maupun luar negeri, pemerintah mencatatkan realisasi pendapatan negara sebesar Rp2.850,6 triliun, atau 101,71% dari target APBN. Angka ini juga tumbuh 2,4% dibanding periode tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Di sisi lain, realisasi belanja negara tercatat Rp3.359,77 triliun, atau 100,49% dari target. Angka ini melonjak 7,6% (yoy).
Dengan mengamati pendapatan dan belanja, pemerintah membukukan defisit anggaran sebesar Rp509,16 triliun atau tercatat 2,3% terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka ini lebih rendah dibanding target awal 2,4%. Kendati demikian, pemerintah membukukan utang yang menjulang, yakni mencapai 39,8% terhadap PDB.
Saldo Anggaran Lebih
Pada awal 2024, pemerintah memiliki Saldo Anggaran Lebih (SAL) mencapai Rp459,5 triliun. Setelah dimanfaatkan penggunaan SAL untuk mendukung pembiayaan APBN sebesar Rp56,4 triliun, dan memperhitungkan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) Rp45,7 triliun dari penyesuaian lain Rp8,7 triliun, maka SAL akhir Rp457,5 triliun atau menurun 0,4%.
"SAL ini pada level memadai dan berfungsi untuk menyangga fiskal terutama dalam masa transisi pemerintahan dan menghadapi berbagai kemungkinan risiko dinamika global," klaim Sri Mulyani.
Neraca Pemerintah
Sri Mulyani menilai neraca pemerintah mencerminkan posisi keuangan yang solid dengan total aset negara tercatat Rp13.692 triliun atau melonjak Rp619,55 triliun, 4,74% dibanding tahun sebelumnya.
Kendati demikian, posisi kewajiban pemerintah tercatat Rp10.269 triliun, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Kemudian, ekuitas Rp3.424 triliun. Dengan demikian total kewajiban dan ekuitas pemerintah tercatat Rp13.692 triliun.
Indeks Nasional:
- Angka kemiskinan 9,03% dibanding sebelumnya 9,36%.
- Tingkat pengangguran terbuka 4,91% dibanding sebelumnya 5,32%.
- Prevalensi stunting 19,8% dibanding sebelumnya 21,5%.
- Indeks pembangunan manusia 75,02 dibanding sebelumnya 74,39.
(lav)



























