Logo Bloomberg Technoz

Smelter Nikel RI Terancam Mandek Gegara Tarif Dumping di China

Mis Fransiska Dewi
04 July 2025 11:00

Suasana Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, Minggu (9/7/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Suasana Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, Minggu (9/7/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) memperingatkan industri smelter nikel pirometalurgi berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF) di Tanah Air bisa makin babak belur akibat perpanjangan bea masuk antidumping (BMAD) baja nirkarat di China.

Ketua Umum Perhapi Sudirman Widhy mengatakan ekstensi BMAD sebesar 20,2% untuk 5 tahun ke depan oleh China terhadap produk baja nirkarat atau stainless steel dari Indonesia akan berdampak pada produksi nikel dari smelter-smelter RKEF di Tanah Air.

“Hal itu mengingat penjualan ekspor NPI [nickel pig iron] dan feronikel—dua produk yang dihasilkan dari smelter RKEF sebagai bahan baku baja nirkarat — dari negara kita didominasi ke China hingga lebih dari 80%,” katanya saat dihubungi, Jumat (4/7/2025).


Jika dampaknya berkembang serius hingga meningkatkan biaya produksi smelter RKEF dan baja nirkarat di Indonesia, lanjut Sudirman, efeknya terhadap kelanjutan produksi pabrik-pabrik pirometalurgi di Tanah Air akan sangat masif. 

Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP)./dok. Bloomberg

Terlebih, ujarnya, industri pertambangan maupun smelter nikel selama ini sudah terlebih dahulu dibebani oleh banyak faktor domestik seperti kenaikan biaya bahan bakar biodiesel B40, tarif royalti minerba, pajak pertambangan nilai (PPN), penurunan harga nikel, dan sebagainya.