Logo Bloomberg Technoz

Stainless Steel Kena BMAD di China, Hilirisasi Nikel RI Terancam

Mis Fransiska Dewi
03 July 2025 12:30

Penyadapan tungku feronikel di smelter nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Penyadapan tungku feronikel di smelter nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz, Jakarta – Keputusan China untuk mengganjar baja nirkarat (stainless steel) dari Indonesia dengan bea masuk antidumping (BMAD) sebesar 20,2% hingga 5 tahun ke depan dinilai akan menjadi tekanan serius bagi hilirisasi nikel di Tanah Air.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Sudirman Widhy Hartono mengatakan kebijakan tersebut telak bakal menggerus margin industri hilir berbasis nikel di Indonesia.

Terlebih, mayoritas hilirisasi nikel di Tanah Air masih didominasi oleh pabrik pengolahan atau smelter pirometalurgi berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF) yang menghasilkan feronikel (FeNi), nickel pig iron (NPI), dan nickel matte untuk bahan baku baja nirkarat yang diekspor ke China.


Tekanan terhadap industri smelter nikel dan baja nirkarat akibat BMAD dari China tersebut, kata Sudirman, terjadi di tengah naiknya biaya produksi dan penurunan harga nikel dunia akibat permintaan yang lesu serta isu geopolitik global.

“Kebijakan [China] tersebut dipicu fakta bahwa Indonesia adalah produsen stainless steel dengan biaya termurah di dunia, dibandingkan dengan industri sejenis dari negara lain,” kata Sudirman saat dihubungi, Kamis (3/7/2025). 

Produksi baja nirkarat di Indonesia./dok. APNI