Meskipun Trump telah membagikan garis besar kesepakatan tersebut, Gedung Putih belum merilis lembar persyaratan atau proklamasi apa pun yang mengesahkan perjanjian tersebut. Beberapa detailnya pun kemungkinan masih dalam tahap pengembangan. Sebagai contoh, AS dan Inggris pertama kali mengumumkan kesepakatan perdagangan mereka pada awal Mei, namun baru pada pertengahan Juni Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengimplementasikan perjanjian itu. Bahkan, detail-detail penting pun masih ada yang ditunda untuk diselesaikan kemudian.
Kesepakatan dengan Vietnam ini akan menjadi yang ketiga diumumkan, menyusul perjanjian dengan Inggris dan China. Para mitra dagang AS berlomba-lomba untuk mencapai kesepakatan sebelum tenggat waktu 9 Juli. Trump sebelumnya telah mengenakan bea masuk 46% pada Vietnam sebagai bagian dari penerapan awal yang disebut "tarif timbal balik" pada awal April, yang diberlakukan pada puluhan negara, namun kemudian diturunkan menjadi 10% untuk memberikan waktu negosiasi.
Vietnam menjadi tantangan khusus bagi pemerintahan Trump, mengingat beberapa penasihat utama presiden memandang negara ini sebagai mitra strategis dalam upaya untuk melawan China di Asia. Di saat yang sama, ekspornya telah menjadi kebutuhan pokok bagi konsumen Amerika.
Negara ini telah melihat lonjakan penjualan ke pasar AS dalam beberapa tahun terakhir, sebagian karena produsen mengalihkan produksi dari China ke sana. Vietnam adalah pemasok utama tekstil dan pakaian olahraga, menjadi tuan rumah pabrik-pabrik untuk perusahaan seperti Nike Inc, Gap Inc, dan Lululemon Athletica Inc.
Berdasarkan data Biro Sensus, Vietnam adalah pemasok impor terbesar keenam bagi AS tahun lalu, mengirimkan barang senilai hampir US$137 miliar. Surplus perdagangannya dengan AS adalah yang terbesar ketiga secara global setelah China dan Meksiko. Pengiriman pada bulan Mei melonjak 35% karena perusahaan-perusahaan berusaha mengirimkan barang secepat mungkin menjelang tenggat waktu.
Saham S&P 500 naik setelah unggahan Trump, dengan saham perusahaan furnitur dan pakaian mencatat kenaikan. Saham ON Holding, Nike, dan Lululemon semuanya melonjak mencapai level tertinggi dalam sesi perdagangan.
Beberapa pejabat AS ingin menyesuaikan tarif untuk Vietnam dan negara-negara lain di Asia Tenggara agar cukup lebih rendah daripada yang dikenakan pada China, demi mendorong perpindahan produksi dari negara tersebut.
Tarif yang lebih tinggi sebesar 40% yang diumumkan pada Rabu (2/7/2025) akan diberlakukan pada barang-barang yang dianggap sebagai transshipment—yaitu komponen dari China, dan kemungkinan negara lain, dialihkan melalui Vietnam atau hanya melalui perakitan akhir minimal sebelum diekspor ke AS.
Ini telah menjadi perhatian utama bagi penasihat perdagangan Trump, termasuk Peter Navarro, yang menggambarkan Vietnam sebagai "pada dasarnya koloni China komunis" dalam wawancara bulan April dengan Fox News.
Rincian lengkap mengenai barang apa saja yang akan dikenai tarif lebih tinggi itu tidak langsung tersedia.
Ekspor AS ke Vietnam sendiri hanya senilai US$15 miliar tahun lalu. Trump menggembar-gemborkan prospek peningkatan penjualan mobil sebagai hasil kesepakatan tersebut.
"Menurut saya, SUV atau, yang kadang disebut Kendaraan Mesin Besar, yang sangat laris di Amerika Serikat, akan menjadi tambahan yang luar biasa untuk berbagai lini produk di Vietnam," tulisnya di Truth Social.
Meningkatkan ekspor mobil AS ke Vietnam akan menjadi tujuan ambisius, mengingat SUV buatan Amerika yang lebih murah dan ringkas pun mungkin akan mahal dibandingkan dengan pesaing dari negara lain. Selain itu, Vietnam adalah negara yang relatif miskin—dengan pendapatan per kapita sekitar US$4.500, kira-kira seperdua puluh dari AS, menurut Dana Moneter Internasional (IMF). Hal ini membatasi ukuran pasar otomotif di wilayah di mana sepeda motor masih jauh lebih umum.
Sementara Trump dan timnya awalnya membayangkan mengadakan negosiasi bersamaan dengan puluhan mitra dagang, presiden dan para penasihatnya telah menyarankan dalam beberapa minggu terakhir bahwa mereka hanya akan memusatkan pembicaraan dengan negara-negara ekonomi besar dan secara unilateral memberlakukan bea masuk pada negara-negara yang lebih kecil atau yang tidak mencapai kesepakatan.
Kesepakatan dengan Vietnam dicapai setelah berminggu-minggu diskusi di mana AS menekan negara tersebut untuk lebih tegas dalam penipuan perdagangan, memastikan penegakan hukum yang lebih ketat terhadap transshipment produk-produk China, dan juga mendorong penghapusan hambatan non-tarif.
Vietnam menawarkan untuk menghapus semua tarif dan berulang kali berjanji untuk membeli lebih banyak barang Amerika. Pejabat senior Vietnam terbang ke AS untuk menggalang dukungan dan menandatangani kesepakatan, termasuk untuk produk pertanian senilai US$3 miliar. Menteri perdagangan juga mendekati para eksekutif dari Nike, Gap, dan lainnya untuk mendorong mereka mendukung upaya negosiasi.
Para pejabat di negara tersebut juga menggembar-gemborkan rencana Trump Organization untuk mengembangkan kompleks resor mewah senilai US$1,5 miliar. Proyek ini akan mencakup hotel bintang lima, lapangan golf, serta kawasan hunian yang membentang di lahan lebih dari 990 hektar.
Putra Trump, Eric Trump, menghadiri seremoni peletakan batu pertama proyek tersebut pada Mei lalu. Dalam acara itu, ia didampingi oleh Perdana Menteri Vietnam, Pham Minh Chinh.
(bbn)






























