Trump mengatakan serangan terhadap Qatar "lemah" dan Iran telah "melampiaskan amarahnya." Ia bahkan berterima kasih kepada Teheran karena "memberi peringatan dini kepada kami."
Harga minyak anjlok setelah jelas bahwa serangan terhadap Qatar tidak mematikan, di mana para pelaku pasar menganggapnya sebagai tanda Iran tidak berniat meningkatkan ketegangan dengan Washington, apalagi menyeret negara-negara lain di kawasan kaya minyak tersebut dalam perang yang lebih besar.
Brent turun 3,7% menjadi sekitar US$68,85 per barel pada perdagangan awal Selasa (24/6/2025), setelah turun lebih dari 7% kemarin, Senin (23/6/2025). Kini harganya kembali ke level sebelum Israel mulai menyerang Iran pada 13 Juni.
"Secara resmi, Iran akan memulai GENCATAN SENJATA, dan pada jam ke-12, Israel akan memulai GENCATAN SENJATA, dan pada jam ke-24, AKHIR Resmi PERANG 12 HARI akan disambut oleh Dunia," kata Trump dalam unggahan di media sosial sebelumnya.
Israel masih menyerang Iran pada Selasa pagi, tetapi ledakan di Teheran tampaknya berhenti sekitar pukul 4 pagi waktu setempat, menurut laporan BBC yang mengutip warga setempat.
Meski para pejabat Israel tetap bungkam semalam, seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan Trump memfasilitasi gencatan senjata melalui percakapan langsung dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Senin.
Pejabat itu juga mengatakan, Wakil Presiden JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan utusan khusus Steve Witkoff mengadakan pembicaraan langsung dan tidak langsung dengan Iran mengenai proposal gencatan senjata.
Israel menyetujui gencatan senjata asalkan Iran tidak melancarkan serangan lebih lanjut, dan pemerintah Iran mengisyaratkan akan mematuhi syarat-syarat tersebut.
"Untuk saat ini, saya pikir ini akan bertahan, dan saya pikir perang akan berakhir," kata Dennis Ross, mantan utusan Presiden Bill Clinton untuk kawasan tersebut dan kini peneliti di Washington Institute for Near East Policy. "Iran tidak tertarik untuk melanjutkan apa pun dalam waktu dekat."
Perkembangan ini terjadi dua hari setelah AS tiba-tiba terlibat langsung dalam konflik dengan melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Trump mengatakan serangan itu "benar-benar dan sepenuhnya menghancurkan" situs-situs tersebut, meski penilaian kerusakan akibat perang masih berlangsung dan lokasi cadangan uranium yang diperkaya Iran belum diketahui.
Trump telah memperingatkan Iran pada Sabtu malam bahwa jika kesepakatan damai tidak segera tercapai setelah serangan tersebut, AS akan menyerang target lain di Iran dengan "ketepatan, kecepatan, dan keahlian."
Teheran berjanji akan membalas serangan AS yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, Iran memilih membalas yang sebagian besar bersifat simbolis: menembakkan rudal ke pangkalan Al Udeid di Qatar, yang menjadi tuan rumah markas besar Komando Pusat AS di Timur Tengah, organisasi yang mengawasi militer AS di kawasan tersebut.
AS memiliki sekitar 9.000 personel militer di Qatar dan 50.000 di Timur Tengah.
Qatar mengatakan rentetan rudal Iran berhasil dicegat dan pangkalan tersebut telah dievakuasi sebelumnya.
Langkah Iran pada Senin tampaknya merupakan "balasan yang sebagian besar bersifat simbolis," kata Ziad Daoud, kepala ekonom pasar berkembang di Bloomberg Economics. "Banyak peringatan telah diberikan—Qatar menutup wilayah udaranya dan AS mengeluarkan peringatan kepada warga negaranya" di negara kaya gas tersebut.
Sementara itu, stasiun TV pemerintah Iran mengatakan serangan rudal negaranya "memaksa musuh untuk gencatan senjata." Beberapa pejabat Iran juga menyebut langkah tersebut memiliki unsur performatif. Jumlah rudal yang ditembakkan sesuai dengan jumlah bom yang digunakan AS menyerang situs nuklir.
Iran dengan cepat menyatakan bahwa Qatar, yang memiliki hubungan kuat dengan Teheran maupun Washington, merupakan "negara sahabat dan saudara."
Seorang diplomat yang diinformasikan tentang pembicaraan tersebut mengatakan Trump telah berbicara dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad dan memberitahunya bahwa AS berhasil meyakinkan Israel untuk setuju gencatan senjata. Trump meminta pemimpin Qatar untuk membantu meyakinkan Iran melakukan hal yang sama. Iran kemudian setuju, menurut diplomat tersebut, yang meminta namanya tidak disebutkan karena membahas percakapan internal.
Trump bahkan memprediksi bahwa perjanjian damai antara Israel dan Iran akan bertahan lama, meski keduanya telah saling bermusuhan selama puluhan tahun.
"Saya yakin gencatan senjata ini tak terbatas—akan berlangsung selamanya," kata Trump, seraya menambahkan ia melihat perang telah sepenuhnya berakhir dan tidak percaya Israel dan Iran "akan saling menembak lagi."
(bbn)






























