Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah saham menjadi pemberat IHSG pada perdagangan hari ini. Saham-saham konsumen non primer, saham properti, dan saham teknologi mencatatkan pelemahan paling dalam, dengan masing-masing drop mencapai 3,36%, 2,96% dan 2,54%.

Amblesnya IHSG yang begitu dalam merupakan efek secara langsung dari turunnya sejumlah saham Big Caps.

Daftar saham Big Caps yang 'ambruk'berdasarkan data Bloomberg, Senin (23/6/2025).

  1. Dian Swastatika Sentosa (DSSA) menekan 13,62 poin
  2. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menekan 10,76 poin
  3. Barito Renewables Energy (BREN) menekan 9,55 poin
  4. Telkom Indonesia (TLKM) menekan 6,88 poin
  5. Chandra Asri Pacific (TPIA) menekan 6,23 poin
  6. Bank Central Asia (BBCA) menekan 5,14 poin
  7. GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) menekan 4,35 poin
  8. Bukit Asam (PTBA) menekan 4,08 poin
  9. DCI Indonesia (DCII) menekan 3,51 poin
  10. Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) menekan 3,31 poin

Adapun saham-saham konsumen non primer lain juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) drop 10%, saham PT MNC Land Tbk (KPIG) ambles 9,26%, dan saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) juga terjebak di zona merah dengan jatuh 6,41%.

Disusul oleh pelemahan saham properti, saham PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIPP) yang terjun bebas 10%, saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) ambles 8,33%, dan saham PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) yang melemah 6,56%.

AS Serang Iran, Timur Tengah Kian Panas

Serangan udara Amerika Serikat (AS) yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran membuat pasar global dan pemerintahan dunia siaga, seiring peringatan balasan dari Republik Islam tersebut- bersamaan dengan negara Israel yang tak menunjukkan tanda-tanda meredam serangan.

Keputusan Presiden Donald Trump untuk menggunakan bom penembus bunker— telah mendorong Timur Tengah ke zonasi yang belum pernah terpetakan, sekaligus meningkatkan risiko geopolitik di tengah ketidakpastian yang berlangsung.

Kekhawatiran pelaku pasar yang berakhir menimbulkan panic selling dari para investor.

Panin Sekuritas

Operasi besar-besaran AS yang menargetkan fasilitas nuklir di Fordow, Natanz, dan Isfahan melibatkan 125 pesawat tempur, peluncuran rudal Tomahawk dari kapal selam, serta penggunaan 14 bom penghancur bunker Massive Ordnance Penetrator—untuk pertama kalinya dalam medan tempur.

Merespons, Iran memperingatkan akan adanya konsekuensi atas serangan AS ke tiga fasilitas nuklir utamanya dan menyatakan “menyimpan semua opsi”, meskipun tanggapan mulanya menunjukkan sikap yang relatif menahan diri.

“Peristiwa pagi ini sangat keterlaluan dan akan memiliki konsekuensi abadi,” tulis Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi—yang juga merupakan negosiator utama program nuklir Iran—di platform X (dahulu Twitter).

Pernyataan tersebut menjadi reaksi resmi pertama dari pejabat tinggi Iran setelah serangan udara AS yang menargetkan situs nuklir di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Meski begitu, Araghchi tidak secara eksplisit mengancam aset milik AS maupun menyampaikan rincian langkah balasan yang akan diambil.

Langkah itu menandai keterlibatan lugas AS dalam perang yang diinisiasi oleh serangan Israel ke Iran pada 13 Juni lalu.

Pasar kini menanti cemas langkah balasan apa yang akan ditempuh oleh Iran setelah serangan udara AS. Situasi penuh ketidakpastian itu, dengan mulai adanya gangguan di Selat Hormuz, telah memicu arus jual yang besar di pasar portofolio.

Amerika Serikat (AS) melancarkan 3 serangan pada fasilitas nuklir Iran. (Bloomberg)

Konflik yang memanas ini, investor diperkirakan akan bereaksi dengan keluar dari aset-aset berisiko termasuk aset di Emerging Market seperti Indonesia juga valuta non safe haven. Gelombang flight to quality akan membesar.

“Reaksi awal adalah flight to quality dengan pasar saham kemungkinan akan melemah. Pasar saham akan dibayangi risiko, tidak ada keraguan soal itu,” tegas Neill Birrell, Chief Investment Officer Premier Miton Investors, seperti dikutip dari Bloomberg News.

IHSG melemah tajam mengikuti sentimen global, meningkatnya eskalasi konflik antara AS-Iran, setelah  AS menyerang 3 fasilitas nuklir di Iran pada pekan kemarin yang meningkatkan risiko konflik lebih luas di Timur Tengah, sehingga meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar yang berakhir menimbulkan panic selling dari para investor.

Adapun Investor juga mengantisipasi potensi keputusan Iran untuk menutup Selat Hormuz sebagai respon serangan AS yang akan berdampak pada kenaikan harga minyak global yang akan mendorong inflasi dan membatasi penurunan suku bunga, mengutip riset Panin Sekuritas.

(fad/wep)

No more pages