Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri Perdagangan Komisi Uni Ekonomi Eurasia Andrey Slepnev secara resmi mengumumkan penyelesaian secara substantif Perundingan Indonesia–Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (I–EAEU FTA).

Menurut Airlangga, perjanjian ini membuka peluang ekspor baru bagi Indonesia, khususnya untuk komoditas unggulan seperti minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya, kopra, kopi, karet alam, dan mentega kakao. 

Di sisi lain, Indonesia juga mengharapkan peningkatan impor dari Uni Ekonomi Eurasia untuk sejumlah komoditas strategis, antara lain gandum, fosfat, batu bara, dan bahan baku pupuk kimia serta besi setengah jadi.

Perlu diketahui, Uni Ekonomi Eurasia terdiri dari Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Rusia. 

“Perjanjian perdagangan dengan Uni Ekonomi Eurasia merupakan bagian dari strategi diversifikasi pasar ekspor Indonesia ke kawasan non-tradisional. Wilayah Eurasia dipandang memiliki potensi besar sebagai tujuan ekspor dan sumber investasi strategis, dengan pertumbuhan produk domestik bruto [PDB] rata-rata kawasan mencapai 4,4%, lebih tinggi dari rata-rata global,” ujar Airlangga dalam siaran pers, dikutip Sabtu (21/6/2025). 

Berdasarkan studi kelayakan bersama (joint feasibility study), implementasi perjanjian diperkirakan akan mendorong ekspor Indonesia secara signifikan di sektor pertanian dan manufaktur berbasis sumber daya. Pada periode Januari sampai dengan Maret 2025, perdagangan antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia tercatat mencapai US$1,57 miliar, meningkat tajam sebesar 84,63% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Di luar perdagangan, Indonesia juga membuka peluang investasi dari negara-negara Uni Ekonomi Eurasia di sektor-sektor prioritas seperti industri pengolahan, transportasi, logistik, pertambangan, dan pertanian. Realisasi investasi dari kawasan Uni Ekonomi Eurasia ke Indonesia terus menunjukkan mencapai US$273,7 juta pada 2024. 

“Melalui implementasi perjanjian perdagangan ini, Indonesia juga dapat menjadi pintu gerbang akses logistik dan distribusi ke Asia Tenggara, sementara Uni Ekonomi Eurasia dapat menjadi jalur masuk komoditi unggulan Indonesia ke pasar Eropa Timur dan Asia Tengah,” ujarnya. 

Sejak diluncurkan pada Desember 2022, telah dilakukan sebanyak 5 kali putaran perundingan dan berbagai pertemuan intersesi. Tim Perunding Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan.

Kedua pihak telah mencapai kesepakatan substantif pada seluruh area negosiasi. Proses ratifikasi dan finalisasi teknis akan segera dilakukan guna mempercepat pemberlakuan perjanjian.

“Dengan jumlah populasi total mencapai lebih dari 460 juta jiwa antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia, perjanjian ini dipercaya akan memperluas akses pasar, memperlancar logistik, serta meningkatkan arus investasi dua arah antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia,” ujarnya.

(ain)

No more pages