Beberapa saham yang menjadi pemberat indeks di antaranya adalah AAMMN, BMRI, GOTO, BBCA, ANTM serta TLKM dan BBNI.
Hang Seng di Hong Kong bahkan melejit 1%, bersama Kospi yang naik 1,15%. Sementara bursa saham di Asia Tenggara cenderung bergerak terbatas meski masih berhasil bertahan di zona hijau seprti bursa Singapura, Thailand serta Filipina.
Di pasar surat utang negara, tekanan jual membesar di hampir semua tenor SUN. Mengacu data realtime OTC Bloomberg sampai pukul 11:09 WIB, SUN tenor 1 tahun yield-nya naik 1,2 basis poin (bps) menyentuh 6,045%.
Sedangkan tenor 2 tahun hanya bergerak sedikit naik 0,5 bps di 6,164%. SUN tenor 5 tahun menyentuh 6,404%, mencerminkan kenaikan yield 0,5 bps. Adapun tenor 10 tahun naik 0,8 bps kini di 6,754%.
Pemodal global mencatat penjualan SUN dalam tiga hari perdagangan beruntun senilai Rp12,9 triliun sampai data 18 Juni lalu.
Tekanan yang membesar di pasar saham dan surat utang domestik terjadi bahkan ketika rupiah masih bertahan di zona hijau.
Rupiah yang pagi tadi dibuka menguat di Rp16.365/US$, bergabung dengan mayoritas mata uang Asia, jelang tengah hari ini terkikis penguatannya tinggal 0,01% hingga menyentuh Rp16.394/US$.
Sentimen negatif di pasar global sebenarnya relatif lebih mereda setelah muncul kabar bahwa Presiden AS Donald Trump membutuhkan waktu dua pekan untuk memutuskan apakah AS akan ikut menyerang Iran atau tidak.
Beberapa negara besar, seperti Rusia dan Inggris juga sudah mengeluarkan pernyataan agar AS tidak terlibat perang di Timur Tengah yang bisa makin melejitkan eskalasi konflik ke tingkat yang tak terbayangkan.
Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt pada Kamis kemarin mengatakan dia menerima pesan yang didiktekan oleh Trump bahwa "berdasarkan fakta bahwa ada kemungkinan besar negosiasi yang mungkin terjadi atau tidak dengan Iran dalam waktu dekat, saya akan membuat keputusan apakah akan melakukannya atau tidak dalam dua minggu ke depan."
Sikap terbarunya menandakan langkah mundur setelah serangkaian retorika keras, termasuk tuntutan bagi penduduk Teheran untuk mengungsi, dan kepergiannya lebih awal dari pertemuan puncak G-7 pekan ini di Kanada untuk kembali ke Washington.
Leavitt mengatakan pernyataan Trump merupakan respons terhadap spekulasi media tentang "situasi di Iran."
Sebelumnya, laporan Bloomberg yang melansir sumber anonim pejabat senior AS menyebut, negara adikuasa itu tengah mempersiapkan kemungkinan menyerang Iran dalam beberapa hari ke depan.
Situasi masih terus berkembang dan dapat berubah, kata sumber-sumber tersebut, yang minta identitasnya dirahasiakan karena membahas pembicaraan tertutup.
Beberapa sumber merujuk pada rencana potensial untuk menyerang pada akhir pekan. Para pejabat tinggi di sejumlah lembaga federal juga sudah bersiap untuk melancarkan serangan.
Sikap Rusia dan Inggris
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mendesak Presiden AS Donald Trump untuk tetap membuka jalur negosiasi terkait program nuklir Iran, dalam pernyataan paling jelas sejauh ini tentang kekhawatirannya terhadap kemungkinan aksi militer AS terhadap Teheran.
Dalam penampilan singkat di hadapan media pada Kamis (19/6/2025), Starmer kembali menegaskan perlunya de-eskalasi di Timur Tengah, meski sejumlah pejabat AS tengah mempersiapkan kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Keterlibatan langsung AS, yang selama ini membiarkan konflik berlangsung di bawah kendali Israel, dinilai berisiko menyeret negara-negara lain ke dalam perang—termasuk Inggris.
“Isu nuklir ini harus ditangani, tapi lebih baik diselesaikan melalui negosiasi daripada konflik. Karena itu, tujuan utama kami adalah meredakan situasi,” ujar Starmer kepada sejumlah penyiar. “Sudah beberapa kali ada pembicaraan dengan pihak AS. Menurut saya, itulah jalur terbaik untuk menyelesaikan masalah ini.”
Hari ini, Rusia juga menyatakan sikapnya. Negeri yang juga tengah berkonflik sengit di Ukraina sejak 2022 itu, memperingatkan AS agar tidak melancarkan serangan pada Iran karena hal tersebut dapat secara drastis mengguncang stabilitas kawasan Timur Tengah. Peringatan ini disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, pada Rabu (18/6/2025).
Dalam pernyataannya di sela-sela Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg, Ryabkov mengatakan bahwa Moskow mendesak Washington untuk tidak ikut campur secara langsung dalam konflik Iran-Israel.
"Langkah itu akan sangat mengacaukan seluruh situasi," kata Ryabkov kepada kantor berita Interfax seperti diberitakan Reuters, seraya mengecam rencana-rencana semacam itu sebagai “spekulatif dan dugaan semata.”
(rui)

































