Logo Bloomberg Technoz

Bisnis Kecantikan Cerah, tapi Waspadai Kelesuan Kelas Menengah

Ruisa Khoiriyah
20 June 2025 14:52

Pengunjung memenuhi pameran kosmetik Jakarta X Beauty 2023 di JCC. Kamis (14/12/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pengunjung memenuhi pameran kosmetik Jakarta X Beauty 2023 di JCC. Kamis (14/12/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Marak kasus kosmetik palsu yang dijual di saluran e-commerce, di tengah makin banyak pesohor di Tanah Air yang menerjuni bisnis kecantikan, menjadi gambaran daya tarik industri beauty and personal care yang tengah naik daun di Indonesia.

Namun, kemerosotan kelas menengah di Indonesia dan pelemahan daya beli yang berlanjut, mungkin akan menghambat percepatan pertumbuhan industri gaya hidup ini ke depan.

Pendapatan disposable penduduk yang terus menurun, bisa mengikis nilai belanja kebutuhan nonprimer seperti skincare, kosmetik dan produk perawatan pribadi lain. Pemulihan daya beli serta penguatan lagi kelas menengah di negeri ini akan bisa memberi dorongan lebih besar pada prospek industri kecantikan dan perawatan pribadi ke depan. 

Melansir data yang pernah dipublikasikan oleh Kementerian Perindustrian beberapa waktu lalu, tercatat jumlah pelaku usaha di sektor ini naik pesat lebih dari 77% dalam lima tahun terakhir hingga mencapai 1.292 pelaku industri pada 2024. Sebanyak 83% di antaranya adalah pelaku industri mikro dan kecil dan 17% merupakan perusahaan kosmetik menengah dan besar.

Bukan tanpa alasan bila makin banyak kalangan yang tertarik menerjuni bisnis ini menilik potensi yang msih besar ke depan. Profil demografi yang didominasi oleh usia muda, konsumen terbesar industri ini, menjadi dukungan terbesar akan prospek industri kecantikan di Tanah Air ke depan.

Larisnya penjualan lipstik bisa jadi salah satu indikator resesi, 'Lipstick Effect' (Qilai Shen/Bloomberg)