Logo Bloomberg Technoz

Menurutnya, perang Israel - Iran memaksa harga minyak mentah naik signifikan dalam satu hari sekitar 8,6%. 

“Namun yang menarik adalah setelah beberapa hari pasca perang, naiknya hanya US$1$ per barel. Ini menunjukkan bahwa lonjakan pada perang hari pertama karena market shock saja, setelah itu pasar paham apa yang terjadi,” tuturnya.

Harga premi minyak solar naik menyusul konflik Iran-Israel./dok. Bloomberg

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di kisaran US$75 per barel setelah tutup sedikit lebih tinggi pada Rabu (18/6/2025). 

Sementara itu, minyak Brent stabil di bawah US$77. Minggu ini, harga minyak berfluktuasi dalam rentang sekitar US$8. 

Dinamika harga itu ditandai dengan peningkatan volatilitas, opsi beli yang menjadi lebih populer, dan perbedaan harga kontrak berjangka (spread) yang melebar secara signifikan dalam kondisi backwardation (harga di masa depan lebih rendah dari harga saat ini).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor migas turun US$991,5 juta atau 8,27%  dipicu oleh berkurangnya impor minyak mentah sebesar US$375,4 juta atau (11,60% dan hasil minyak US$616,1 ribu atau 7,04%. 

Nilai impor migas secara year to date atau Januari hingga April sebesar US$10,9 miliar atau turun 15,5% dari sebesar US$11,9 miliar. 

Berdasarkan data yang dihimpun S&P Global per Februari 2025, nilai impor gasoil Indonesia naik 39,74% sepanjang 2024 secara tahunan ke level 7,07 juta ton.

Sementara itu, impor bahan bakar pesawat atau Avtur sepanjang 2024 mengalami lonjakan tajam mencapai 543,31% secara tahunan ke level 1,42 juta ton.

Harga minyak hingga gas menguat di tengah eskalasi perang Israel-Iran. (Bloomberg)

Harga Solar Dunia Tersulut Timur Tengah

Sementara itu dari perdagangan solar global, harga bahan bakar itu terus mengalami kenaikan pekan ini didorong kekhawatiran pasokan imbas perang Israel & Iran.

Premi acuan berjangka terhadap minyak mentah di Eropa menembus US$20 per barel, kenaikan tajam selama 3 hari berturut-turut, sementara ukuran serupa di Asia ditutup pada level tertinggi dalam hampir setahun, data nilai wajar yang dikumpulkan oleh Bloomberg menunjukkan.

Hal ini menjadi pertanda yang jelas dari kekhawatiran pedagang (trader) tentang potensi gangguan pada ekspor Timur Tengah — sumber pasokan utama untuk pasar produk minyak bumi terbesar di dunia.

“Pecahnya perang telah secara signifikan meningkatkan premi risiko untuk produk-produk utama yang diekspor keluar dari Teluk Persia,” tulis konsultan energi FGE NexantECA dalam sebuah laporan, Rabu (18/6/2025).

“Setelah mengabaikan solar Rusia, Eropa sekarang bergantung pada solar Timur Tengah dan Asia.”

Konflik Israel-Iran dimulai pada saat pasar diesel global sedang ketat. Di Amerika Serikat (AS), stok telah mencapai titik terendah untuk periode tahun ini dalam dua dekade.

Di Eropa, pemadaman listrik yang meluas di pabrik pemrosesan minyak di Spanyol — dan di kilang minyak terbesar BP Plc di kawasan tersebut — telah menekan pasokan, sementara aturan lingkungan baru untuk pengiriman Mediterania yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan bahan bakar jenis diesel baru-baru ini mulai berlaku. Pengelola uang juga makin optimistis.

Sementara blokade Selat Hormuz tetap menjadi skenario terburuk bagi pasar BBM solar daripada kenyataan, konflik tersebut telah berdampak langsung pada pasokan.

Kilang minyak Israel yang memproduksi hampir 200.000 barel per hari telah ditutup karena kerusakan, yang menekan pasokan.

Tarif untuk pengiriman bahan bakar keluar dari Timur Tengah juga telah melonjak, yang menambah biaya pengiriman. Jika perdagangan maritim melalui Selat Hormuz benar-benar berhenti, pasar minyak solar akan dilanda kekacauan.

(mfd/naw)

No more pages