Di sisi yang sama dengan IHSG, Bursa Asia lain yang juga menapaki jalur hijau, menyusul TW Weighted Index (Taiwan), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), NIKKEI 225 (Tokyo), PSEI (Filipina), Straits Time (Singapura), Topix (Jepang), dan SETI (Thailand) yang berhasil menguat masing-masing 0,73%, 0,51%, 0,49%, 0,40%, 0,31%, 0,31%, dan 0,15%
Sementara indeks lainnya masih bergerak melemah. Mereka adalah KLCI (Malaysia), SENSEX (India), Hang Seng (Hong Kong), KOSPI (Korea Selatan), Shenzhen Comp. (China), Shanghai Composite (China), dan CSI 300 (China) yang tertekan dan drop dengan masing-masing mencapai 0,39%, 0,28%, 0,26%, 0,18%, 0,13%, 0,09%, dan 0,01%.
Bursa Saham Asia gagal memanfaatkan momentum penguatan di Bursa Saham Amerika Serikat. Dini hari tadi waktu Indonesia, ketiga indeks utama di Wall Street kompak ditutup menghijau, tersengat redanya kegelisahan pasar konflik antara Israel dan Iran akan meluas.
Nasdaq Composite, dan S&P 500, berhasil menghijau dengan kenaikan masing-masing 1,52%, dan 0,94%. Adapun Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,75%.
Konflik Timur Tengah Makin Panas
Sentimen pada perdagangan siang hari ini utamanya datang dari kabar terbaru ketegangan dan perselisihan di Timur Tengah, perang Israel vs. Iran, Amerika Serikat (AS) menolak usulan pernyataan negara-negara yang tergabung dalam G-7, yang mendesak Israel dan Iran untuk meredakan konflik mereka, orang-orang yang mengetahui masalah ini mengatakan, menyoroti jarak yang telah terbuka antara Presiden Donald Trump dan anggota blok lainnya.
Seperti yang dilaporkan Bloomberg News, Kebuntuan ini merupakan simbol dari tantangan yang dihadapi Kelompok G-7 untuk meningkatkan kerja sama di antara negara-negara demokrasi yang paling kuat di dunia.
Konflik terbuka dua negara di Timur Tengah, Israel dengan Iran, yang memasuki hari keempat, membayangi pertemuan G-7.
Pasukan AS telah membantu mempertahankan Israel dari serangan yang datang dari Iran, namun Trump telah menjauhkan militer AS dari pertukaran tersebut. Hal yang membuat Israel menyerang fasilitas nuklir Iran dan target-target lainnya.
Kemudian, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mempersingkat kunjungannya dalam pertemuan para pemimpin negara-negara Kelompok Tujuh (G-7) dan segera kembali ke Washington, demikian disampaikan Gedung Putih, melansir Bloomberg News.
“Presiden Trump akan kembali ke Washington malam ini untuk menangani berbagai urusan penting,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam pernyataan resminya.
Dalam unggahan di media sosial, Leavitt menyebut bahwa ketegangan yang terus meningkat di Timur Tengah antara Israel dan Iran menjadi alasan utama kepulangan mendadak tersebut. Konflik antara kedua negara terus bereskalasi sejak akhir pekan lalu dan memicu kegelisahan akan meluas menjadi perang regional.
Ketegangan antara Iran dan Israel saat ini memasuki fase paling serius dalam sejarah konflik bayangan keduanya. Serangan Israel yang menargetkan fasilitas nuklir dan tokoh militer senior Iran memicu serangan balasan berupa drone dan rudal, dengan korban jatuh di kedua belah pihak.
Terbaru, Pemerintah China memperingatkan konflik antara Iran dan Israel dapat memicu ketidakstabilan yang lebih luas di Timur Tengah.
Menteri Luar Negeri Wang Yi telah menjalin komunikasi langsung dengan kedua negara, di tengah ketegangan yang belum memperlihatkan tanda-tanda mereda sejak pecah beberapa hari lalu.
“Jika konflik antara Israel dan Iran terus meningkat atau hingga meluas, negara-negara lain di Timur Tengah pada nantinya akan menanggung dampaknya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam jumpa pers rutin kepada media.
“China akan terus menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait dan mendorong dialog demi perdamaian, guna mencegah kekacauan yang lebih besar di regional tersebut.”
Sebagai langkah antisipasi, Pemerintah China telah mengimbau seluruh penduduknya untuk segera meninggalkan teritorial Israel melalui perbatasan darat, sebagaimana tertuang dalam pernyataan resmi Kedutaan Besar China di Israel.
(fad/aji)




























