Logo Bloomberg Technoz

Pada Minggu, kapal tanker Front Tyne milik Frontline Ltd. memasuki Selat Hormuz. Tak lama setelahnya, sinyal navigasi kapal menunjukkan pergerakan aneh: berlayar ke utara menuju Bandar Abbas, berzig-zag ke selatan, melayang di daratan, hingga akhirnya mengarah ke Arab Saudi. Kapal tanker Elandra Willow milik Vitol Group juga menunjukkan pola pergerakan serupa di dekat Bandar Abbas saat keluar dari Teluk. Sementara itu, Pegasus, kapal tanker Suezmax yang dioperasikan oleh Pantheon Tankers Management, sejak Senin pagi bahkan tercatat berada di daratan Iran.

Pihak Frontline, Vitol, maupun Pantheon belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.

Selat Hormuz menjadi pintu gerbang menuju Teluk Persia, tempat negara-negara produsen minyak utama seperti Arab Saudi, Qatar, Kuwait, dan Iran menyalurkan minyak mentah mereka ke pembeli global. Setelah Israel melancarkan serangan udara ke Iran pekan lalu, kekhawatiran akan kemungkinan blokade jalur strategis ini pun meningkat.

Beberapa perusahaan pengelola kapal tanker dilaporkan telah menangguhkan pengiriman ke Teluk Persia, menurut para broker kapal. Sementara itu, perjanjian pengangkutan minyak berjangka (forward freight agreements) untuk rute Timur Tengah ke Asia pada Juli melonjak sekitar 12% pada Jumat.

Namun, sejumlah analis menyatakan skeptis bahwa Iran akan benar-benar menutup Selat Hormuz, mengingat ketergantungan negara tersebut terhadap pendapatan ekspor minyak, terutama ke China. Penutupan jalur ini yang juga akan menghambat ekspor dari produsen lain, berpotensi memicu respons dari Amerika Serikat dan sekutunya.

“Gangguan (disruption) menjadi opsi yang lebih memungkinkan,” ujar Anoop Singh, kepala riset pengapalan global di Oil Brokerage Ltd. “Hormuz adalah kartu terakhir Iran. Dan kartu seperti ini biasanya disimpan kecuali skenario terburuk benar-benar terjadi,” tambahnya dalam sebuah catatan pada Minggu.

(bbn)

No more pages