Logo Bloomberg Technoz

Hati-hati Obligasi Korporasi Properti, Banyak 'Sampah'

Ruisa Khoiriyah
30 May 2023 13:50

Jembatan kelok 9 proyek yang dikerjakan Waskita Karya. (Dok waskita.co.id)
Jembatan kelok 9 proyek yang dikerjakan Waskita Karya. (Dok waskita.co.id)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Di tengah kelesuan permintaan kredit korporasi di perbankan, minat pelaku bisnis mencari alternatif pembiayaan dari pasar modal melalui penerbitan obligasi kemungkinan juga kembali menghadapi tekanan dari sinyal bunga acuan Federal Reserve yang mungkin kembali naik menyusul inflasi yang tetap belum menjinak.

Pada saat yang sama, sinyal perlambatan perekonomian domestik dikhawatirkan akan semakin menekan prospek obligasi dari sektor terdampak khususnya properti dan konstruksi.

Ekspektasi pelaku pasar terhadap outlook bunga acuan Fed Fund Rate kembali meningkat setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan kenaikan signifikan bulan lalu. Mengacu pada CME Fedwatch tool, probabilitas bank sentral AS menaikkan lagi bunga acuan pada Juni mencapai 65,3% dengan puncak bunga bergeser dari 5,25% ke 5,5%. Itu bisa menjadi tekanan baru bagi pasar obligasi dan pasar saham di seluruh dunia.

Sepanjang 2023 hingga akhir April, minat korporasi merilis obligasi memang tidak setinggi tahun lalu. Laporan Bursa Efek Indonesia, total emisi obligasi dan sukuk mencapai Rp34,4 triliun dari 31 emisi oleh 27 emiten. Bila dibandingkan periode yang sama pada 2022, angkanya menurun 28,3%. 

Penurunan emisi itu tidak bisa dilepaskan dari tren bunga tinggi di level domestik maupun global yang diperkirakan masih akan di level higher for longer.