"Pemerintah akan dengan konsisten menjalankan prinsip kehati-hatian dan akuntabilitas fiskal. Penerbitan SBN dilakukan secara oportunistik dan fleksibel, mempertimbangkan kondisi pasar keuangan, perkembangan kebutuhan pembiayaan, dan kondisi kas negara. Komposisi utang dari segi instrumen, tenor, mata uang, dan suku bunga terus dijaga optimal," ujarnya.
Suminto menjelaskan pemerintah juga memiliki bantalan yang cukup, seperti Sisa Anggaran Lebih (SAL) dan posisi kas yang memadai dalam menghadapi risiko pasar, khususnya dampak dinamika global.
Selain itu, kinerja lelang Surat Utang Negara (SUN) dinilai terjaga positif. Lelang SUN pada 20 Mei 2025 mencatat total incoming bids tertinggi sejak lelang SUN pada 31 Agustus 2021 yaitu mencapai Rp108,3 triliun, dengan incoming bids investor asing sebesar Rp18,3 triliun. Hingga 11 Juni 2025, investor asing mencatatkan capital inflow sebesar Rp52,21 triliun pada sepanjang tahun berjalan atau year-to-date (ytd).
Sebelumnya, Suminto mengatakan Kemenkeu akan sangat mempertimbangkan untuk menjual obligasi dengan nama Dimsum Bond (renminbi) dan Kangaroo Bond (dolar Australia) pada tahun ini dengan melihat kondisi pasar.
Suminto mengatakan alasan penerbitan dan penjualan dengan denominasi selain dolar Amerika Serikat dilakukan sebagai langkah diversifikasi instrumen dan perluasan basis investor.
Pertimbangan untuk menambah denomisasi tidak saja untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan, tetapi juga untuk mengelola portfolio utang yang optimal dengan biaya dana (cost of fund) yang minimal dengan risiko yang terkelola.
(lav)
































