Logo Bloomberg Technoz

Dolar Terendah Sejak 2022 tapi Perang Israel-Iran Bayangi Rupiah

Tim Riset Bloomberg Technoz
13 June 2025 08:12

Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah sebenarnya bisa menguat bila melihat perkembangan dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat ambles ke level terendah sejak 2022 silam. Namun, perkembangan terkini geopolitik menyusul serangan Israel ke Iran akan memicu sentimen risk-off. Mata uang emerging market akan terkena getahnya, termasuk rupiah.

Rilis data inflasi harga produsen (PPI) AS yang lebih rendah, mengekor data inflasi CPI sehari sebelumnya, ditambah lagi dengan lonjakan klaim pengangguran hingga tertinggi sejak 2021, melemahkan pamor dolar AS.

Indeks yang mengukur kekuatan the greenback terhadap enam mata uang utama, ditutup di level 97,92 kemarin, terendah sejak Maret 2022 silam. Pelemahan DXY memberi penguatan pada rupiah forward (NDF) di pasar offshore. Rupiah NDF ditutup menguat 0,25% di pasar New York kemarin di level Rp16.235/US$.


Namun, serangan Israel pada Iran pagi ini sedikit menaikkan the greenback. DXY pada pagi ini bergerak lagi di atas 98, sehingga rupiah NDF bergerak melemah di kisaran Rp16.261/US$.

Pergerakan rupiah offshore seringkali mempengaruhi arah rupiah spot. Dengan level rupiah spot kemarin ditutup di Rp16.235/US$, ada peluang gerak rupiah menguat akan tetapi akan cenderung terbatas dengan perkembangan geopolitik terkini.