Sementara, dalam setahun perdagangan saham, harga saham MEDC terpantau tidak beranjak kemana–mana justru tertekan 4,58% ke level Rp1.250/saham. Penurunan ini mencerminkan satu tahun performa dan portofolio MEDC yang turut melemah.
Terbaru, MEDC hanya mampu mencatatkan laba bersih US$17,62 juta atau hanya Rp293,73 miliar (asumsi kurs Rp16.666 per dolar AS) di sepanjang Kuartal I-2025. Angka ini turun 76,13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu mencapai sebesar US$72,65 juta atau sekitar Rp1,23 triliun (asumsi kurs Rp16.129 per dolar AS).
Manajemen MEDC menerangkan pelemahan laba bersih itu disebabkan imbas rugi bersih yang dicatat pada portofolio bisnis tambang, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) selama tahun 2025.
Lebih lanjut, merosotnya laporan posisi keuangan AMMN itu disebabkan karena larangan ekspor konsentrat yang berimbas pada minimnya penjualan tembaga dan emas pada Kuartal I-2025.
Faktor lain yang memicu penurunan laporan keuangan MEDC juga datang dari sisi operasional Perusahaan, MEDC melaporkan produksi minyak dan gas sebesar 143 mboepd, dipengaruhi penurunan musiman pada permintaan gas dan kegiatan pemeliharaan rutin di lapangan Senoro dengan biaya produksi kas per unit US$8,4 per boe.
Sementara itu, penjualan ketenagalistrikan turun ke level 871 GWh, lebih rendah dibandingkan dengan capaian penjualan 1.146 GWh pada Kuartal IV-2024 sebelumnya.
Terpelesetnya raihan itu disebabkan karena pemeliharaan PLTGU Riau, gempa bumi di dekat fasilitas geothermal Sarulla, serta banjir di PLTS Sumbawa.
Analis BRI Danareksa Timothy Wijaya menyebut, penurunan signifikan laba bersih menjadi alasan pemangkasan rekomendasi saham. Hingga munculnya berbagai tantangan yang dinilai bakal menekan kinerja keuangan emiten energi ini.
“Kinerja laba bersih MEDC terseret oleh penurunan performa PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), yang terkena dampak dari larangan ekspor konsentrat,” papar Timothy dalam risetnya.
Kemudian, riset Ciptadana Sekuritas menjelaskan, selain tekanan dari sisi operasional, analis menyoroti dampak negatif dari tren penurunan harga minyak global.
Harga minyak dunia tercatat turun 12% di sepanjang tahun 2025, berada di level US$65,6 per barel. Penurunan ini terjadi di tengah ketidakpastian global akibat kebijakan tarif baru dari Presiden AS Donald Trump.
(fad/wdh)





























