Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah dibuka menguat pada perdagangan di pasar spot, hari terakhir bursa pekan ini jelang libur panjang perayaan Idul Adha.
Rupiah spot dibuka menguat 0,12% di level Rp16.270/US$ di tengah bursa saham domestik yang dibuka melesat juga pergerakan harga surat utang negara di pasar sekunder yang cenderung naik untuk tenor lebih panjang.
Penguatan rupiah bergabung dengan mata uang Asia pagi ini. Mayoritas valuta bergerak menguat dipimpin oleh won Korsel yang naik nilainya 0,63%, lalu baht 0,46%, peso 0,30%, dolar Taiwan juga menguat 0,25%, ringgit 0,18%, rupiah 0,17%, lalu dolar Singapura 0,03% dan dolar Hong Kong juga menguat 0,01%.
Hanya yuan offshore yang masih tertekan oleh dolar AS, melemah 0,11%, bersama yen 0,08% dan yuan Tiongkok 0,05%.
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi menguat terbatas menuju resistance terdekat di level Rp16.250/US$ dan resistance selanjutnya Rp16.200/US$ sebagai level optimis penguatan rupiah jangka pendek dalam time frame daily.
Rupiah sudah berada di dekat level support pada level Rp16.310/US$ di mana ini mengonfirmasi laju pelemahan rupiah sudah mulai tertahan, usai mencermati perdagangan sebelumnya, dan berpotensi rebound.
Apabila tertembus, rupiah memiliki level support selanjutnya pada level Rp16.350/US$ dan Rp16.400/US$.

Sentimen positif tengah melingkupi pasar emerging menyusul kenaikan ekspektasi akan penurunan tingkat suku bunga acuan Federal Reserve, setelah rilis asesmen bank sentral AS terhadap perekonomian di awal 2025 yang terungkap dalam Beige Book.
Rilis Beige Book oleh The Fed kemarin menunjukkan, aktivitas ekonomi di perekonomian terbesar dunia tersebut melemah karena dampak tarif dan ketidakpastian nan tinggi di berbagai sektor ekonomi.
"Seluruh distrik melaporkan tingginya tingkat ketidakpastian ekonomi dan kebijakan, yang menyebabkan keraguan serta pendekatan hati-hati dalam pengambilan keputusan bisnis dan rumah tangga," demikian isi laporan tersebut, dilansir dari Bloomberg.
Pasar langsung menaikkan taruhan pasca rilis data tersebut dengan memborong US Treasury, surat utang AS. Yield UST-10Y terpangkas hingga 10 basis poin, sedangkan tenor 2Y turun 8 basis poin. Hal itu mencerminkan ekspektasi penurunan bunga acuan yang membesar.
Sentimen peningkatan ekspektasi pengguntingan suku bunga The Fed akan menguntungkan aset emerging market. Indeks dolar AS yang melemah, memberi ruang penguatan pada mata uang lawannya, tak terkecuali rupiah di pasar mancanegara.
Sisa pekan ini, pasar menunggu rilis data ketenagakerjaan AS, NonFarm Payroll (NFP) juga tingkat pengangguran.
Konsensus pasar sejauh ini memperkirakan penambahan lapangan kerja, yang tecermin dari angka NFP, pada Mei lalu hanya akan sebesar 126.000 pekerjaan, lebih rendah ketimbang April sebanyak 177.000 pekerjaan. Sementara tingkat pengangguran diprediksi stagnan di 4,2%.
Pasar juga akan mencermati rilis kinerja perdagangan AS di mana neraca dagang negeri ini diperkirakan mencatat defisit sebesar US$ 66 miliar pada April, setelah membukukan surplus US$ 140,5 miliar pada bulan sebelumnya.
Hari ini juga merupakan hari perdagangan terakhir di bursa domestik, karena esok bursa modal ditutup merayakan Hari Raya Idul Adha. Bursa baru akan dibuka lagi pada 10 Juni atau Selasa pekan depan.
Kedatangan libur panjang mungkin akan berdampak pada sikap investor yang cenderung menahan diri dan menghindari risiko dengan profit taking dahulu.
Di bursa saham, hal itu terlihat dari pergerakan pemodal asing yang sudah tiga hari ini mencatat net sell beruntun. Dalam tiga hari perdagangan pekan ini, asing membukukan net sell US$ 244,1 juta, sekitar Rp3,97 triliun week-to-date.
(rui)