Arsalan Shahla - Bloomberg News
Bloomberg, Pemerintah Iran mengecam laporan terbaru dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang menuduhnya melakukan pelanggaran dalam program nuklir. Iran menyebut laporan tersebut bermuatan politik dan kembali menegaskan pihaknya tidak memiliki niat untuk mengembangkan senjata nuklir.
Dalam laporan yang dirilis pada Sabtu (31/5/2025), IAEA mengungkap bahwa Iran telah secara signifikan meningkatkan jumlah cadangan uranium yang hampir mencapai tingkat kemurnian untuk senjata dalam tiga bulan terakhir. Jumlah tersebut diperkirakan cukup untuk memproduksi sekitar 10 bom nuklir.
IAEA juga menyebut Iran belum melaporkan keberadaan bahan dan aktivitas nuklir di tiga lokasi yang tidak diumumkan, serta menyatakan tidak dapat "memberikan jaminan bahwa program nuklir Iran sepenuhnya bersifat damai."
Menanggapi laporan tersebut, Wakil Menteri Luar Negeri Iran Kazem Gharibabadi menyampaikan bantahan keras melalui surat resmi pada Minggu. Ia menuduh laporan IAEA didasarkan pada "data palsu yang disediakan rezim Zionis" dan menyebut tuduhan itu sebagai "tidak berdasar" dan bertujuan "memanfaatkan isu nuklir untuk kepentingan politik."
"Iran tidak mengejar senjata nuklir dan tidak memiliki bahan maupun aktivitas nuklir yang tidak diumumkan," tegas Gharibabadi. "Selama seluruh aktivitas nuklir suatu negara berada di bawah pengawasan IAEA, seharusnya tidak ada kekhawatiran yang berlebihan."
Setelah laporan tersebut dipublikasikan, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi melakukan pembicaraan dengan Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi pada hari yang sama.
Dalam percakapan tersebut, Araghchi mendesak agar IAEA "lebih mencerminkan realitas di lapangan," serta memperingatkan bahwa Iran akan "memberikan respons yang sesuai terhadap tindakan tidak pantas dari pihak Eropa."
Dewan Gubernur IAEA dijadwalkan menggelar pertemuan pada akhir bulan ini. Laporan yang dirilis IAEA berpotensi menjadi dasar bagi pengesahan resolusi yang menuduh Iran telah melanggar kewajiban internasional di bidang nuklir.
Ketegangan ini terjadi di tengah upaya mediasi yang dilakukan Oman untuk mempertemukan Iran dan AS dalam perundingan program nuklir.
Araghchi mengungkap bahwa Menlu Oman, Badr Albusaidi telah melakukan kunjungan singkat ke Teheran pada Sabtu guna menyampaikan proposal dari pihak AS, tetapi tidak merinci isi usulan tersebut.
Sebelumnya, pada bulan lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan pemerintahannya telah mengirimkan tawaran baru kepada Iran terkait program nuklir. Ia juga memperingatkan bahwa "sesuatu yang buruk" bisa terjadi jika Teheran tidak merespons secara positif, tanpa menjelaskan lebih lanjut ancaman tersebut.
(bbn)