Logo Bloomberg Technoz

Di samping itu, masih ada saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya saham PT Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk (RMKO) yang melesat 34,4%, saham PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) melonjak 32,4%, dan saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) melejit 25%.

Kemudian, saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya saham PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ) yang ambles 14,7%, saham PT Ifishdeco Tbk (IFSH) yang jatuh 14,6%, dan saham PT KFC Indonesia Tbk (FAST) yang ambruk 12,5%.

Bursa Saham Asia lainnya justru menguat. Index Ho Chi Minh Stock (Vietnam), PSEI (Filipina), dan KOSPI (Korea Selatan) yang berhasil menguat masing-masing 0,28%, 0,18%, dan 0,05%.

Di sisi berseberangan, IHSG (Indonesia), NIKKEI 225 (Tokyo), SETI (Thailand), Shenzhen Comp. (China), TOPIX (Jepang), KLCI (Malaysia), Hang Seng (Hong Kong), CSI 300 (China), Shanghai Comp. (China), S&P/ASX 200 (Australia), Straits Time (Singapura), dan SENSEX (India)  yang terpeleset masing-masing 1,54%, 1,30%, 1,27%, 1,06%, 0,87%, 0,70%, 0,57%, 0,48%, 0,47%, 0,10%, 1,29%, dan 0,09%.

Ilustrasi Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Dok: Bloomberg)

Jadi IHSG adalah Bursa Saham dengan pelemahan paling buruk dan terlemah di Asia dan juga ASEAN, berdasarkan data Bloomberg.

Dari dalam negeri, terjadinya deflasi 0,37% pada Mei 2025, dan melemahnya surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 hingga terendah dalam 5 tahun menjadi sentimen negatif bagi IHSG di sepanjang perdagangan hari ini.

Deflasi 0,37% pada Mei 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2025 mengalami deflasi 0,37% atau lebih dalam dibanding konsensus di 0,17%. BPS menyebut, RI menderita deflasi imbas penurunan IHK dari sebelumnya 108,47 pada April 2025 menjadi 108,07 pada Mei 2025.

Secara tahunan, terjadi inflasi 1,6% dan secara tahun berjalan inflasi 1,19%. Dengan itu, tingkat inflasi Mei lebih dalam dibandingkan Mei 2024 tahun lalu. Sebelumnya, Indonesia memang diprediksi akan mengalami deflasi secara bulanan pada bulan Mei ini. Secara tahunan, laju inflasi pun melambat.

Konsensus Bloomberg yang melibatkan 12 Ekonom/Analis menghasilkan median proyeksi deflasi 0,17% akan terjadi pada Mei dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Prediksi tersebut juga sudah jauh lebih rendah ketimbang April di mana terjadi inflasi 1,17% mtm.

Surplus Neraca Perdagangan April ke Titik Terendah dalam 5 Tahun

Di samping sentimen kurang positif dari data inflasi, surplus neraca perdagangan Indonesia pada April juga melemah dibanding bulan sebelumnya di mana nilai surplus sempat mencapai US$ 4,32 miliar kala itu.

Adapun nilai surplus dagang RI pada April terbilang hanya US$ 160 juta, jauh di bawah estimasi pasar yang memprediksi masih akan ada surplus sebesar US$ 2,8 miliar.

Menelusuri lebih jauh, nilai surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 adalah yang terendah dalam lima tahun. Pada April 2020 silam, kala dunia terperengah pandemi Covid-19, neraca perdagangan Indonesia defisit hingga US$ 375 juta.

Surplus Neraca Dagang RI April Terendah dalam 5 Tahun (Bloomberg)

Lonjakan impor pada bulan April mengurangi nilai surplus dagang Indonesia saat laju ekspor Indonesia pada saat yang sama bertahan stabil. Kinerja nilai ekspor RI pada April 2025 tercatat sebesar US$ 20,74 miliar, atau meningkat 5,76% dibanding April 2024.

Sementara itu, kinerja impor pada April tercatat menyentuh US$ 20,59 miliar, ada kenaikan mencapai 21,84% dibanding April 2024. Demikian juga dengan impor non–migas menguat tajam 29,86% menjadi US$ 18,07 miliar.

Menurut BPS, semua impor menurut jenis penggunaan pada April 2025, mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi untuk semua golongan penggunaan barang.

Secara tahunan, Pemerintah melihat nilai impor barang konsumsi menguat 18,46%, sementara itu, bahan baku penolong mencapai 72,73% dari total impor April 2025 ini mengalami kenaikan 18,93% dengan andil 14,10%.

BPS menyebut surplus neraca perdagangan Indonesia yang sebesar US$ 160 juta pada April 2025 merupakan yang terendah secara bulanan (month-to-month/mtm) sejak Mei 2020 atau dalam 5 tahun. Pada Mei 2020, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 2,09 miliar.

“Secara bulanan, surplus April 2025 ini merupakan surplus terendah sejak Mei 2020,” papar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Senin.

(fad/wep)

No more pages