Logo Bloomberg Technoz

Tren penurunan emas Antam tidak bisa dilepaskan dari dua hal variabel utama penggerak. Pertama, harga emas dunia. Kedua, harga atau kurs dolar AS.

Harga emas dunia sudah merosot banderolnya hingga US$ 128 per troy ounce sejauh ini, setelah menembus level penutupan termahal pada 6 Mei lalu di US$ 3.431 per troy ounce.

Harga emas terpangkas ketika selera berinvestasi di pasar global kembali bangkit, seiring dengan tercapainya kesepakatan dagang antara Tiongkok dan AS. 

Pelemahan harga emas terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Ketika ketegangan turun dan ketidakpastian juga berkurang, investor akan keluar dari aset safe haven seperti emas dan kembali menyerbu aset-aset berisiko seperti ekuitas dan aset lain yang lebih memberi yield menarik.

Di sisi lain, kurs dolar AS di Indonesia juga makin lemah. Sebagai gambaran, rupiah telah membukukan penguatan 3,64% dari level terlemah sepanjang sejarah pada 9 April lalu. 

Pelemahan dolar AS membuat harga jual emas Antam ikut terpangkas karena BUMN tambang itu menjual emas dalam satuan gram dan rupiah yang didapatkan dari konversi troy ounce dan dolar AS.

Ketika kurs dolar melemah di pasar domestik, ditambah harga emas dunia juga turun, maka harga emas Antam bisa lebih murah. Demikian juga sebaliknya. 

Prospek ke depan

Kini dengan level harga makin 'murah', apakah ini saat yang tepat untuk menjual atau malah menambah pembelian?

Sejatinya, faktor pengungkit terbesar harga emas pada April lalu yakni eskalasi perang dagang akibat tarif Trump, masih belum sepenuhnya hilang.

Presiden AS Donald Trump saat pengumuman tarif di Rose Garden Gedung Putih di Washington, DC, AS,Rabu (2/4/2025). (Kent Nishimura/Bloomberg)

Jeda penerapan tarif resiprokal AS terhadap puluhan negara di dunia, termasuk Indonesia, akan berakhir pada awal Juli ini. Bila terjadi eskalasi lagi, selera investasi bisa kembali surut dan modal global bisa berlari kembali berburu aset aman. Itu bisa menguntungkan harga emas.

Selain itu, bila ada indikasi inflasi AS melandai, juga ketika ada gejala perekonomian terbesar di dunia itu makin lemah, maka harga emas juga akan diuntungkan. Pasalnya, prospek pemangkasan bunga acuan Federal Reserve akan membesar dan menurunkan pamor US Treasury serta dolar AS sehingga mengerek harga emas.

Hanya saja, dalam jangka pendek, kesemua variabel yang potensial menaikkan pamor emas itu tengah 'tiarap' semua. Gencatan tarif Tiongkok dan AS telah membuat pemodal kembali menyerbu aset berisiko dan mencairkan dana mereka yang diparkir di aset safe haven.

Di sisi lain, sinyal terbaru dari data ekonomi AS serta pernyataan hawkish para pejabat Federal Reserve, kurang mendukung penurunan tingkat suku bunga The Fed tahun ini. Kesemua itu merugikan emas sehingga potensi penurunan kemungkinan masih besar. 

Yang terbaru, rencana Pemerintah Jepang menyesuaikan nilai penerbitan obligasi (JGB) yang akan berdampak pada suplai surat utang tersebut di pasar, telah mengerek lagi pamor US Treasury serta dolar AS. Sentimen itu juga melemahkan harga emas. 

Sudah untung banyak

Para investor emas lokal, sebenarnya sudah membukukan tingkat untung yang lumayan sejauh ini.

Bila menghitung pergerakan sepanjang tahun ini misalnya (year-to-date), investor yang membeli emas pada akhir tahun lalu saat harga emas Antam masih di Rp1.515.000 per gram, potensial mengantongi untung 14,7% dengan harga buyback hari ini sebesar Rp1.739.000 per gram.

Namun, bagi Anda yang membeli emas Antam saat harganya melejit luar biasa di atas Rp2 juta per gram, saat ini masih menanggung kerugian di depan mata sebesar Rp300.000 bila menjualnya hari ini.

Jadi, bagi Anda yang sudah membeli emas Antam saat harganya di pucuk tertinggi tahun ini, sebaiknya menahan diri untuk menjual bila tidak ingin merugi. 

Dengan prospek jangka pendek kemungkinan masih akan melemah lebih lanjut, apabila investor telah mengantongi untung bisa menimbang menjual sekarang sebelum harganya makin turun.

Namun, dalam jangka panjang, harga emas masih potensial terutama bila terjadi lagi eskalasi perang dagang, pecah konflik geopolitik hingga prospek pemangkasan bunga acuan AS.

Emas adalah instrumen pelindung nilai

Emas merupakan instrumen lindung nilai dari kemerosotan nilai uang kertas dalam jangka panjang. Emas tidak memberikan yield atau imbal hasil, layaknya saham yang bisa memberikan dividen atau obligasi yang juga memberikan pendapatan kupon.

Ketika seseorang memegang emas sejak tahun 1995, sebesar katakanlah 100 gram atau di harga kala itu dibeli seharga Rp2,5 juta, emas itu berhenti menjadi emas semata. Ia tidak menghasilkan pendapatan baru nan segar.

Emas baru memberikan untung ketika dijual di pasar pada harga lebih mahal ketimbang harga beli. Selama 30 tahun memegang emas tersebut, seseorang tidak mendapatkan imbalan atau pendapatan apapun dari kepemilikannya tersebut.

Emas berbeda dengan saham yang memberikan dividen. Keterangan foto: Karyawan di depan layar indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (8/4/2025). (Dimas Aridan/Bloomberg)

Emas dalam konteks tersebut berfungsi sebagai pelindung nilai uang kertas senilai Rp2,5 juta pada tahun itu. Ketika menjual emas pada hari ini di harga buyback Rp1.739.000 per gram, penyimpan emas tersebut memperoleh dana Rp186,5 juta. Ada keuntungan dari kenaikan harga alias capital gain mencapai hampir 7.000% dalam 30 tahun.

Sementara saham atau obligasi, memberikan dividen dan kupon tiap periode tertentu. Itulah yang disebut dengan passive income di mana seorang investor menerima pendapatan dari sebuah investasi di satu saham atau surat utang selama memegang surat berharga tersebut.

Ketika obligasi tersebut jatuh tempo, uang ditanam di obligasi akan dikembalikan 100%. Sementara uang di saham, bisa memberikan keuntungan bila dijual di kala harganya naik. Pun sebaliknya, bila dijual ketika harga saham turun, investor bisa menanggung kerugian.

Dengan kata lain, emas lebih tepat disebut sebagai instrumen penahan nilai, penahan kekayaan. Sementara saham dan instrumen paper investment lain merupakan instrumen untuk melipatgandakan modal, pemberi pendapatan pasif. Dua-duanya penting dalam keranjang portofolio dengan fungsi yang saling melengkapi.

(rui)

No more pages