Logo Bloomberg Technoz

Berdasarkan data yang disampaikan Bahlil, terdapat 10 PoD yang telah disetujui justru mangkrak, dengan nilai investasi mencapai US$1,8 miliar.

Adapun, 10 lapangan ini diperkirakan memiliki kapasitas produksi mencapai 51,35 juta barel minyak atau 31.300 barel minyak per hari (bopd) dan 600 miliar kaki kubik (bcf) gas.

“Termasuk satu perusahaan gede yang sudah 26 tahun dikasih konsesi, ini sya buka saja kan forum terbuka, Inpex yang di Blok Masela sudah 26 tahun itu dikasih,” kata Bahlil.

Selain itu, Kementerian ESDM turut memetakan terdapat 17 PoD yang mundur dari jadwal onstream yang telah dijanjikan ke otoritas hulu migas. Adapun, 17 PoD itu diperkirakan memiliki estimasi produksi mencapai 306 juta barel minyak dan 18.351 bcf gas.

“Jadi kalau izin sudah selesai eksplorasi sudah, PoD-nya dibuat mundur-mundur, seizin bapak presiden, dengan segala hormat kami akan evaluasi sampai pada tingkat pencabutan izin,” tuturnya.

Bagaimanapun, ini bukan kali pertama Bahlil mengancam akan mencabut izin Inpex di Blok Masela. Pada akhir Januari 2025, Bahlil merespons progres pembangunan untuk fasilitas produksi Inpex di blok gas tersebut yang dinilai berpotensi mundur dari target 1 Januari 2030.

Alasannya, proyek gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) yang berada di Lapangan Abadi, Tanimbar, Maluku, itu telah mandek puluhan tahun.

Bahlil mengungkit mangkraknya proyek tersebut sudah berlarut-larut sejak 1998 atau sekitar 26 tahun yang lalu sejak diberikan hak konsesi. Namun, Inpex tidak kunjung melakukan produksi Blok Masela.

Kontrak ditandatangani pada 16 November 1998 dan berakhir pada November 2028 (30 tahun). WK Masela sudah mendapatkan kompensasi waktu 7 tahun dan perpanjangan kontrak selama 20 tahun, sehingga kontrak akan berakhir pada 15 November 2055.

Lapangan Abadi Masela diestimasikan memiliki puncak produksi sebesar 9,5 juta ton LNG per tahun (MTPA) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel kondensat per hari (BCPD).

Rencana pengembangan atau PoD Blok Masela telah lama terhambat lantaran perdebatan rencana pengembangan lapangan, terkait dengan peralihan perencanaan dari proyek offshore menjadi onshore.

Selanjutnya, pemerintah dihadapkan dengan masalah untuk mencari pemegang hak partisipasi pengganti Shell, yang pada akhirnya resmi diambil alih oleh Pertamina dan Petronas pada 2023.

Pemegang hak partisipasi Blok Masela saat ini adalah Inpex Masela Limited dengan porsi 65%, sedangkan sisanya –sebanyak 35%– dipegang masing-masing oleh Pertamina Hulu Energi Masela sebesar 20% dan Petronas Masela Sdn. sebesar 15%.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan total biaya investasi dan pengembangan operasi Lapangan Abadi Blok Masela mencapai US$34,7 miliar (Rp536,8 triliun), atau lebih besar dari estimasi sebelumnya senilai US19,8 miliar.

Inpex Kejar Keputusan Investasi Akhir Tahun Depan

Belakangan, Inpex Masela Ltd. telah memulai fase inisiasi desain rekayasa awal atau FEED untuk Onshore LNG Lapangan Abadi, Blok Masela, Rabu (9/4/2025).

Fase awal ini akan fokus pada pemilihan teknologi lisensor likuefaksi dan teknologi penggerak turbin gas. Keduanya diklaim menjadi elemen penting untuk mempercepat keseluruhan tahapan desain rekayasa awal proyek.

Rencanannya, Inpex bersama dengan konsorsium Pertamina Hulu Energi Masela & Petronas Masela Sdn. Bhd bakal memulai tahapan FEED secara keseluruhan pada pertengahan tahun ini.

“Kami berencana untuk memulai pengerjaan FEED secara penuh pada pertengahan tahun ini, dan menargetkan keputusan investasi akhir (FID) bisa diambil secepatnya,” kata Presiden & CEO Inpex Takayuki Ueda saat seremoni FEED Blok Masela di Jakarta, Rabu (9/4/2025).

Takayuki menambahkan perseroannya berkomitmen untuk meneken keputusan investasi akhir proyek Blok Masela sesuai dengan arahan pemerintah, tenggat pertengahan 2026.

Dia menargetkan produksi komersial atau onstream perdana dari Blok Masela bisa dikejar pada 2029. Kendati, menurut dia, target itu terbilang sulit.

“Namun, tetap akan ada risiko residual yang berasal dari faktor-faktor yang tidak dapat kita kendalikan, seperti kondisi pasar,” kata dia.

(naw)

No more pages