Meskipun harga CPO makin mahal untuk bahan baku biodiesel B50, Yayan memperkirakan ongkos produksi tidak akan terlalu naik signifikan lantaran pemerintah masih akan membantu pendanaannya.
Pendanaan biodiesel dianggarkan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melalui dana hasil pungutan ekspor (PE) CPO.
Sebagai perbandingan, pendanaan biodiesel B40 dari BPDPKS hanya diberikan untuk sektor pelayanan publik atau public service obligation (PSO) dengan volume sebanyak 7,55 juta kiloliter (kl).
Adapun, sisanya untuk segmen biodiesel B40 non-PSO sebanyak 8,07 juta kl dijual dengan harga nonsubsidi. Hal ini berbeda dengan skema pendanaan program biodiesel sebelumnya yang diberikan untuk seluruh volume produksi, tidak hanya untuk PSO.
Harga CPO terpantau lesu sepekan terakhir. Sepanjang pekan lalu, harga CPO membukukan koreksi 0,05%. Meski tipis, tetapi itu cukup membuat harga CPO turun 3 minggu beruntun.
Perkembangan nilai tukar ringgit menjadi sentimen negatif bagi harga CPO. Dalam sebulan terakhir, mata uang Negeri Harimau Malaya menguat 1,36% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sepanjang 2025 atau year to date (ytd) ringgit terapresiasi 3,61%.
Dengan koreksi yang sudah lumayan dalam, 3 pekan beruntun, harga CPO berpeluang naik pekan ini.
Target resisten terdekat adalah MYR 3.912/ton yang menjadi Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di MYR 4.147/ton bisa menjadi target berikutnya.
Sementara itu, target support terdekat adalah MYR 3.789/ton yang juga menjadi pivot point. Penembusan di titik ini berisiko melongsorkan harga CPO ke kisaran MYR 3.755-3.721/ton.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan level mandatori biodiesel tetap akan ditingkatkan menjadi B50 pada awal 2026, dan mengeklaim kesiapannya saat ini sudah hampir matang.
Wakil Menteri Yuliot Tanjung menyebut implementasi mandatori biodiesel B40 pada tahun ini sudah berjalan dengan lancar, baik untuk segmen PSO maupun non-PSO.
Hingga April 2025, penyaluran B40 telah mencapai 4,3 juta kiloliter (kl) dari target 15,62 juta kl sepanjang 2025.
“Jadi ya kita juga lagi mengevaluasi dari industri dalam negeri untuk ketersediaan FAME-nya. Kita sudah siap untuk masuk di B50 tahun depan. Jadi untuk B50 tahun depan ya mudah-mudahan dari awal tahun itu kita sudah bisa tetapkan,” ujarnya saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (16/5/2025).
Yuliot juga mengatakan pelaku usaha juga sudah melaporkan mengenai keamanan ketersediaan bahan baku CPO, serta kesiapan industri pengolahan untuk ketersediaan FAME.
(wdh)































