Pada satu sisi, hal ini nampaknya akan dapat terwujud mengingat India kini tengah berkembang menjadi pusat manufaktur utama Apple di luar China, ditambah dengan dukungan pemerintah lokal serta tenaga kerja murah dan terampil.
Sebaliknya, AS dianggap memiliki struktur biaya terlalu tinggi dan kekurangan tenaga kerja manufaktur berskala besar. Memang, secara teknis Apple bisa membangun pabrik iPhone di Amerika. Perusahaan juga pernah memproduksi desktop Mac Pro di Texas.
Namun jika mengamati lebih dalam, jumlah yang dihasilkan mungkin sangat kecil atau hanya ribuan unit per tahun. Bandingkan dengan iPhone yang dijual ratusan juta unit tiap tahun dalam berbagai varian warna dan kapasitas.
Kolumnis teknologi Wall Street Journal Joanna Stern belum lama ini mengatakan, "apa pun bisa dilakukan dengan cukup waktu, uang, dan mungkin sedikit keajaiban." Tapi untuk iPhone, bahkan ahli industri menilai bahwa memindahkan seluruh rantai pasok ke AS adalah tugas hampir mustahil.
Munurut dia, dibutuhkan tiga hingga lima tahun, dengan investasi miliaran dolar AS, serta perubahan besar dalam sistem pendidikan serta tenaga kerja.
Kendati demikian, ambisi Presiden Trump untuk membawa manufaktur kembali ke Amerika memiliki semangat nasionalis yang kuat. Namun praktiknya, manufaktur modern khususnya untuk produk sekompleks iPhone, bukan hanya soal lokasi geografis, tetapi soal infrastruktur, ekosistem, keahlian, serta jaringan global.
Dampak ke Indonesia Dinilai Terbatas
Meski Indonesia belum menjadi pusat produksi Apple atau baru sebatas produksi aksesoris pendukungnya saja, tetapi banyak yang bertanya apakah desakan pembangunan pabrik ke AS oleh Trump akan berdampak pada pasar seperti Indonesia?
Menurut Wijayanto, Indonesia minim dampak. "Indonesia justru harus mempercantik diri, mengundang investor dunia berkualitas seperti Apple," saran dia.
Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah Indonesia untuk agenda deregulasi besar-besaran, sebagaimana sempat digagas oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Deregulasi ini dinilai penting untuk menarik investasi manufaktur global ke dalam negeri.
(prc/wep)
































