Logo Bloomberg Technoz

Airlangga menampik kerja sama mineral kritis dengan Australia nantinya akan berupa ‘barter’ antara komoditas nikel andalan Indonesia dan litium andalan Australia.

Namun, dia juga tidak mengonfirmasi apakah kerja sama tersebut akan mencakup komitmen kenaikan impor litium oleh Indonesia.

“Kebutuhannya kira-kira 70.000 ton litium per tahun, karena kita punya smelter di Morowali. Nanti lihat, tergantung kapasitas pabriknya. Kan ada yang melakukan ekspansi. Jadi kalau khusus untuk baterai, kita punya lithium-based, kita punya [nickel]-based."

Pada kesempatan tersebut, Airlangga juga menyebut Indonesia menyasar kenaikan volume perdagangan hingga 100% dengan Australia dengan adanya CEPA.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia pada 2024 mencapai US$15,39 miliar, terdiri dari impor senilai US$10,43 miliar dan ekspor US$4,95 miliar. 

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia terhadap Australia defisit US$5,48 miliar pada tahun lalu. 

(wdh)

No more pages