Logo Bloomberg Technoz

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berupaya mengadakan pertemuan tentatif dengan Presiden AS Donald Trump untuk memperbaiki hubungan yang tegang akibat Ankara membeli sistem pertahanan rudal Rusia dan Washington memberi dukungan pada milisi Kurdi Suriah yang dianggap Turki sebagai ancaman bagi negaranya, di antara berbagai perselisihan lainnya.

Presiden Donald Trump dan Recep Tayyip Erdogan dalam konferensi pers bersama di Gedung Putih tahun 2019. (Alex Edelman/Bloomberg)

Turki dan AS telah mengadakan pembicaraan mengenai integrasi pasukan Kurdi yang didukung AS, yang memiliki hubungan dengan kelompok separatis Turki, PKK, ke dalam angkatan bersenjata Suriah yang baru.

Awal pekan ini, PKK mengumumkan akan meletakkan senjata untuk mengakhiri perang otonomi selama 40 tahun melawan Turki. Langkah bersejarah ini bisa memperkuat aspirasi Ankara untuk menjadi kekuatan regional.

AS dan Turki memiliki dua pasukan terbesar di NATO, memberikan mereka alasan kuat untuk mempertahankan aliansi mereka yang telah terjalin selama tujuh dekade.

Saat Pentagon berencana mengonsolidasikan operasi di Suriah dan mengurangi jumlah pasukan hingga kurang dari 1.000, Ankara menawarkan beberapa ribu tentara Turki yang telah ditempatkan di seberang perbatasan untuk membantu menstabilkan negara tetangganya yang dilanda perang tersebut.

Pada saat yang sama, Turki siap membantu memantau potensi gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina di seberang Laut Hitam, sejalan dengan tujuan AS untuk menstabilkan kawasan tersebut.

Turki telah berulang kali menyatakan niatnya untuk menambahkan pesawat tempur F-35 ke dalam rencana pembelian senjatanya, meski hal ini mengharuskan AS mencabut larangan bagi Ankara untuk membeli jet tempur generasi kelima yang diberlakukan setelah akuisisi sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.

Pembelian S-400 Rusia oleh Turki mengakibatkan kebuntuan dengan AS. Sehingga, Washington menjatuhkan sanksi yang dikenal sebagai CAATSA, yang menargetkan industri pertahanan negara pimpinan Erdogan tersebut dan mengeluarkannya dari program pengembangan F-35.

Ankara menolak untuk membuang S-400 seperti yang diminta Washington. Namun, masih ada harapan besar bahwa Trump mungkin menyetujui untuk mengubah CAATSA, yang mengizinkan Turki membeli jet F-35 buatan Lockheed Martin Corp.

Menyelesaikan perselisihan mengenai rudal S-400 Rusia bisa mengarah pada peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kerja sama industri pertahanan antara sekutu lama tersebut.

Di luar pertahanan, Turki telah mempertimbangkan untuk meningkatkan impor gas alam cair dari AS dan sedang berusaha menyelesaikan pesanan pesawat Boeing Co.

(bbn)

No more pages