Sementara itu, Presiden AS Donald Trump sebelumnya pada Rabu meremehkan kemungkinan dirinya hadir dalam pembicaraan damai yang dijadwalkan berlangsung Kamis di Turki. Saat melakukan kunjungan ke Timur Tengah, Trump mengatakan ia akan tetap melanjutkan perjalanan ke Uni Emirat Arab sesuai rencana, dan menyebut jadwalnya terlalu padat untuk menambahkan kunjungan ke Turki, meski tetap membuka kemungkinan untuk hadir di kemudian hari.
“Aku tidak tahu apakah dia akan datang. Aku tahu dia ingin aku hadir, dan itu mungkin saja terjadi. Jika itu bisa mengakhiri perang, aku akan mempertimbangkannya,” kata Trump soal Putin. “Kita sedang menghadapi banyak situasi penting. Tapi bukan berarti aku tidak akan melakukannya jika itu bisa menyelamatkan banyak nyawa dan kembali [ke AS].”
Sehari sebelumnya, Zelenskiy menegaskan kembali niatnya untuk menggelar pembicaraan langsung dengan Putin di Turki, meskipun mengaku pesimis pemimpin Rusia itu akan benar-benar hadir.
Menurutnya, absennya Putin akan membuat pertemuan puncak tersebut menjadi sia-sia, mengingat para pejabat tingkat menengah dari kedua pihak sudah sempat bertemu di Arab Saudi pada Maret lalu tanpa menghasilkan kemajuan apa pun.
Trump pada Minggu menyerukan kedua belah pihak agar tetap bertemu, meskipun ada ultimatum dari para pemimpin Eropa yang mendesak Moskow untuk terlebih dahulu menyetujui gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari, atau menghadapi sanksi baru yang lebih berat. Ia bahkan sempat mengisyaratkan kemungkinan dirinya akan bergabung dalam pembicaraan di Turki bersama para pemimpin Ukraina dan Rusia.
Zelenskiy menegaskan bahwa ia tidak akan melangsungkan pembicaraan dengan Rusia kecuali secara langsung dengan Putin. Ia juga menyatakan berencana bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ankara pada Kamis, dan bersama-sama terbang ke Istanbul apabila Putin memutuskan hadir.
(bbn)





























