Logo Bloomberg Technoz

Sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) menyatakan penyebab produksi timah yang mengalami penurunan sebesar 41,6%—atau dari 68.236 ton pada 2023 menjadi hanya 39.814 ton pada 2024 — adalah karena faktor cuaca.

Corporate Secretary PT Timah Rendi Kurniawan mengatakan peralihan musim atau pancaroba kali ini lebih panjang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun, pada awal tahun ini dia mengeklaim produksi timah TINS sudah mulai membaik.

“[Dari] September [2024] ke awal tahun ini kan karena cuaca, perubahan pancarobanya agak lebih panjang kali ini. Jadi sekarang sudah settle semuanya ke posisi untuk penambahan,” kata Rendi saat ditemui Bloomberg Technoz, dikutip Senin (5/5/2025).

Rendi menuturkan saat ini perseroan sudah menyiapkan sejumlah alat pertambangan agar produksi timah meningkat tahun ini.

“Karena kemarin penempatan posisi [alat tambang terganggu] karena masih [gangguan] cuaca. Sekarang setup alat yang terutama ya. Jadi sekarang sudah kita tempatkan on posisi ini,” ujarnya.

TINS memproyeksikan produksi bijih timah perseroan dapat mencapai 21.500 ton pada 2025, meningkat dari realisasi pada 2024 sejumlah 20.000 ton. “Kita targetnya di 21.500 ton pada 2025,” ucap Rendi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi produksi timah pada tahun lalu hanya mencapai 39.814 ton, anjlok 41,6% dari capaian 2023 yang sebanyak 68.236 ton.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan produksi timah yang menurun merupakan imbas kasus korupsi tata kelola niaga pada wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) PT Timah Tbk (TINS) periode 2015—2022.

“Kalau [produksi] timah memang turun, karena dia ada kasus [korupsi] kan,” kata Tri di Kompleks Parlemen, Rabu (30/4/2025) malam.

(mfd/wdh)

No more pages