Logo Bloomberg Technoz

Awalnya, hanya 20 anggota bergabung. Dengan iuran patungan Rp5.000 per bulan dan simpanan pokok Rp20.000, mereka mulai mengolah ubi jalar menjadi berbagai produk makanan. Meski banyak percobaan yang gagal, mereka tak menyerah. Kini, KWT Sri Mandiri memiliki lebih dari 100 anggota dan produk-produknya telah dipasarkan ke lebih dari 1.400 gerai minimarket di wilayah Cirebon hingga Brebes, bahkan mulai menembus pasar Malaysia dan Korea.

“Kami bukan hanya mencari uang, tetapi juga ilmu dan kebersamaan. Kami ingin menunjukkan bahwa perempuan punya kekuatan untuk bertahan dan berkembang,” kata Hayanah.

Perjalanan KWT Sri Mandiri juga mendapat dukungan dari BRI, yang sejak 2010 memberikan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada Hayanah untuk mengembangkan usahanya. Dana tersebut digunakan untuk membeli mesin, memperluas rumah produksi, dan meningkatkan kapasitas produksi.

“Bantuan ini sangat membantu dalam meningkatkan produksi, meskipun kapasitas mesinnya masih terbatas. Walau belum bisa memenuhi seluruh permintaan, saya tetap bersyukur karena sudah bisa memproduksi sendiri,” ungkap Hayanah.

Pada tahun 2022, KWT Sri Mandiri juga mendapatkan bantuan peralatan usaha dari BRI Peduli, berupa mesin pengolahan tepung berkapasitas 40 kilogram.

Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi, menyatakan bahwa BRI akan terus mendampingi para pelaku UMKM melalui program “Klasterkuhidupku”.

“Kami percaya, dengan pendekatan yang holistik tersebut, UMKM Indonesia dapat naik kelas dan menjadi pilar penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Hendy.

Bagi Hayanah, keberhasilan bukanlah semata soal materi, melainkan juga keberanian untuk memulai dan tekad untuk bertahan. Ia pun mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk tidak ragu melangkah ke dunia usaha.

"Jika niat kita bekerja adalah ibadah dan demi kesejahteraan keluarga, Insya Allah jalan akan terbuka lebar," tutupnya.

(tim/lav)

No more pages