OJK juga mendukung berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah maupun para pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha, untuk terus meningkatkan daya saing di sektor keuangan, sehingga mampu meningkatkan daya saing sektor riil secara menyeluruh.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyebut ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 tumbuh melambat 4,87% dibandingkan kuartal I-2024 atau secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka pertumbuhan ini berada di bawah pertumbuhan kuartal I-2024 di level 5,1% (yoy).
"Jika dibandingkan kuartal IV-2024 atau kuartalan, ekonomi Indonesia terkontraksi 0,98%," ujar Amalia.
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tahun ini umumnya memang relatif lebih rendah dibandingkan kuartal IV tahun sebelumnya.
Amalia menjelaskan komponen pengeluaran yang memberi kontribusi terbesar terhadap PDB adalah konsumsi rumah tangga, yakni sebesar 54,53% dan tumbuh 4,89%. "Konsumsi rumah tangga ditopang liburan dan momentum Ramadan serta Lebaran," tutur dia.
Disusul, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) memberi distribusi 28,03%, meski tumbuh melambat 2,12%.
Komponen pengeluaran yang tumbuh paling tinggi adalah ekspor, mencapai 6,78% dengan distribusi 22,3%. Hal ini dipicu oleh kenaikan nilai ekspor nonmigas dan kunjungan wisatawan. Sementara itu, kinerja impor meningkat 3,96%, dan memberi distribusi -19,74% terhadap PDB.
Selanjutnya, konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) tercatat tumbuh 3,07% dan memberi distribusi 1,39%.
Terakhir, konsumsi pemerintah hanya memberi distribusi 5,88% dan pertumbuhannya kontraksi 1,38%, terutama secara year-on-year (yoy) atau tahunan, yakni kuartal I-2025 dibandingkan kuartal I-2024.
(dov/ros)





























