Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mampu menurunkan utang. Namun sebagai konsekuensinya, ketersediaan cash on hand BUMN pelat merah tersebut berkurang signifikan.
ADHI mampu mengurangi utang Rp5,9 triliun sepanjang 2024. Ini yang membuat liabilitas ADHI turun 18,8% di periode tersebut.
Penurunan utang ADHI didominasi oleh penrunan kewajiban kepada mitra kerja sebesar Rp2,1 triliun serta kewajiban kepada bank dan lembaga keuangan lainnya sebesar Rp3,1 triliun.
Sementara itu, ADHI tidak banyak menggelar aksi korporasi untuk penggalangan dana atau fundraising selama 2024. Ini mengindikasikan ADHI melunasi utang-utangnya tersebut menggunakan kas internal.
Hal itu juga tercermin dari posisi kas dan setara kas ADHI. Per akhir 2024, nilainya Rp2,23 triliun, turun 50,19% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp4,50 triliun.
Pada kuartal I-2025, kas dan setara kas yang bisa diibaratkan sebagai uang di 'dompet' ADHI tersisa Rp1,63 triliun, turun 74,63% dari sebelumnya Rp6,42 triliun.
Corporate Secretary ADHI Rozy Sparta mengatakan, pihaknya memang tidak melakukan banyak fundraising seperti penerbitan obligasi untuk melunasi utang-utangnya tersebut.
"Kami menyiapkan dan memaksimalkan ketersediaan pembayaran dari fasilitas perbankan yang dimiliki ADHI saat ini," jelas Rozy kepada Bloomberg Technoz, Jumat (9/5/2025).
Untuk diketahui, ADHI menarik pinjaman bank dan lembaga keuangan lainnya total mencapai Rp4,27 triliun sepanjang 2024, lebih besar dibanding periode yang sama sebelumnya, Rp3,97 triliun. Penarikan ini tercatat dalam arus kas dari aktivitas pendanaan ADHI.
Pada saat yang sama, ADHI mencatat pembayaran utang bank dan lembaga keuangan lainnya Rp6,29 triliun, naik dari sebelumnya Rp2,79 triliun.
Sehingga, arus kas neto diperoleh dari aktivitas pendanaan minus Rp3,74 miliar, dari sebelumnya Rp465,32 miliar.
Terdampak Anggaran Infrastruktur
ADHI mencatat penurunan pendapatan yang signifikan pada kuartal I-2025. Laporan keuangan perusahaan menunjukkan bahwa pendapatan dari proyek non-joint operation (NJO) hanya mencapai Rp1,7 triliun, turun 35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,6 triliun.
Jika dihitung secara keseluruhan, total pendapatan ADHI tercatat Rp3,2 triliun, turun 24% dari Rp4,2 triliun pada kuartal I-2024.
Penurunan pendapatan itu juga yang menyebabkan laba ADHI di kuartal I-2025 anjlok 96% hingga hanya tersisa Rp316 juta.

Rozi Sparta menjelaskan, penurunan ini sejalan dengan berkurangnya perolehan kontrak baru sepanjang tahun berjalan.
“Tren ini tidak terlepas dari dinamika anggaran pemerintah dan tantangan ekonomi global yang berdampak pada proyek-proyek infrastruktur,” ujarnya.
Salah satu faktor yang memengaruhi kinerja ADHI adalah menurunnya porsi kontrak berbasis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pada kuartal I 2025, kontrak yang berasal dari pemerintah hanya mencapai 25%, jauh lebih rendah dibandingkan 72% pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan anggaran negara telah berdampak langsung pada bisnis ADHI.
Untuk mengantisipasi kondisi ini, ADHI mulai melakukan diversifikasi ke sektor lain, seperti pengelolaan limbah, investasi air bersih, serta jalan tol dan infrastruktur lainnya.
“Dengan portofolio yang semakin beragam, kami berharap dapat mengurangi ketergantungan pada proyek-proyek infrastruktur pemerintah,” kata Rozi.
***Dengan Asistensi Recha Tiara***
(dhf)