Data resmi pertama yang dirilis setelah perang dagang meningkat ini hanya menunjukkan dampak awal dari tarif yang sangat tinggi, dan akan semakin terasa mulai bulan ini.
Banyak analis berekspektasi bahwa kecuali jika pungutan itu dikurangi, perdagangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada akhirnya akan jatuh ke tingkat yang bisa diabaikan setelah mencapai hampir US$690 miliar tahun lalu, menghancurkan industri dan menaikkan harga bagi perusahaan dan konsumen.
Para negosiator AS dan China akan bertemu akhir pekan ini untuk melakukan pembicaraan dagang pertama mereka sejak Trump menjabat tahun ini. Perusahaan-perusahaan berharap kedua pihak pada akhirnya bisa menegosiasikan pengurangan pungutan yang diberlakukan masing-masing pihak.
Kemerosotan perdagangan antara dua negara adidaya ini akan merugikan kedua ekonomi, di mana Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut tarif yang berlaku saat ini "tidak berkelanjutan."
Bessent dan timnya akan memulai pembicaraan pada Sabtu (10/5/2025) besok dengan delegasi China yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng untuk mendiskusikan langkah ke depan.
Kedua pihak telah mengambil posisi yang kuat menjelang perundingan, yang mungkin mengindikasikan akan sulitnya untuk membuat kemajuan cepat dalam setiap kesepakatan.
Pada Kamis (8/5/2025), hanya beberapa jam setelah Trump mengatakan tak bersedia menurunkan tarif terhadap China untuk membuka negosiasi yang lebih substantif, Beijing mengulangi permintaannya agar AS mencabut seluruh tarifnya.
(bbn)






























