Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, bila ketidakpastian global mulai mereda dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed menguat, maka tekanan eksternal terhadap rupiah pun dapat berkurang, sehingga membuka peluang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin (bps).
"Namun, keputusan pelonggaran ini perlu diseimbangkan dengan kehati-hatian terhadap stabilitas eksternal, terutama mengingat masih tingginya volatilitas global akibat perang dagang, potensi peningkatan yield Surat Berharga Negara [SBN], serta potensi tekanan pelemahan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, meskipun ruang pelonggaran ada, keputusan BI sangat bergantung pada data-data lanjutan terkait inflasi, ekspektasi pasar, serta arah kebijakan The Fed," ujar Josua.
Menyitir Bloomberg News, BI diperkirakan akan melanjutkan pelonggaran moneter setelah mempertahankan suku bunganya tidak berubah selama tiga pertemuan berturut-turut, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah-tengah kenaikan tarif dan ketidakpastian kebijakan perdagangan.
Para ekonom memperkirakan penurunan seperempat poin pada suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 5,5% di akhir kuartal kedua, menurut survei Bloomberg terbaru. Mereka melihat penurunan lebih lanjut sebesar 25 basis poin di kuartal ketiga, yang akan membawa suku bunga acuan menjadi 5,25% di akhir tahun.
(lav)































