Logo Bloomberg Technoz

Hingga pukul 12 siang, tingkat partisipasi pemilih tercatat sekitar 48% dari total pemilih terdaftar, menurut Departemen Pemilihan Umum. Sebagai perbandingan, pada pemilu tahun 2020, sekitar 31% pemilih telah memberikan suara pada waktu yang sama.

Sebanyak 97 kursi parlemen diperebutkan, meskipun lima di antaranya telah dimenangkan tanpa lawan oleh kandidat dari partai penguasa. Pemungutan suara bersifat wajib dan TPS dibuka hingga pukul 20.00 waktu setempat.

Bagi para pemilih, tingginya biaya hidup menjadi isu utama. Wong, 52 tahun, mengandalkan kebijakan bantuan tunai dan program kesejahteraan sosial untuk meredam dampak ekonomi yang melonjak pasca pandemi Covid-19. Partai Buruh (Workers’ Party), oposisi terbesar saat ini, mengusulkan agar perumahan publik lebih terjangkau bagi warga muda lajang, memberlakukan pajak kekayaan bagi 1% penduduk terkaya, serta menerapkan pajak perusahaan minimum sebesar 15%.

Singapura dikenal memiliki standar hidup tertinggi di dunia, tetapi sangat bergantung pada sistem perdagangan global yang belakangan diguncang oleh kebijakan tarif dari Presiden AS sebelumnya, Donald Trump.

Bulan lalu, Singapura dikenai tarif 10% atas ekspor ke AS—sebuah angka yang masih lebih ringan dibandingkan tarif terhadap China—namun kestabilan ekonomi negara ini juga tergantung pada kesehatan mitra dagangnya. Pemerintah bahkan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 dari 1–3% menjadi hanya 0–2%.

Adam Raj, 23 tahun, pemilih pemula, mengaku cemas soal masa depannya. “Banyak yang membicarakan dampak perang dagang terhadap lapangan kerja dan ancaman resesi di sini. Tentu saja saya khawatir. Saya memberikan suara demi masa depan yang lebih baik,” ujarnya.

Pemilu kali ini juga menandai pertama kalinya dalam dua dekade PAP tidak dipimpin oleh Lee Hsien Loong, putra perdana menteri pertama Singapura Lee Kuan Yew, yang mengundurkan diri pada Mei tahun lalu.

Meskipun PAP belum pernah kehilangan supermayoritas—apalagi kalah dalam pemilu—hasil terburuk mereka terjadi pada 2020 ketika hanya meraih 89% kursi parlemen dan sekitar 61% suara populer, mendekati titik terendah dalam sejarah. Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh pemilih muda yang menginginkan peran lebih besar bagi oposisi.

Kehilangan beberapa kursi saja dapat berdampak besar terhadap arah kebijakan pemerintah. Dalam kampanye terakhirnya pada Senin lalu, Wong memperingatkan bahwa “kehilangan tiga atau empat menteri saja akan melemahkan pemerintahan, dan juga Singapura.”

“Meski itu adalah narasi yang ingin disampaikan oleh PAP, masih harus dilihat apakah hal itu akan menjadi kenyataan,” pungkas Ngiow dari BowerGroupAsia.

(bbn)

No more pages