“Ditambah gangguan permintaan akibat perubahan kebijakan perdagangan internasional, tekanan margin terjadi di tiap segmen rantai pasok terintegrasi.”

Ada dua catatan penting. Pertama, langkah pengendalian produksi sukarela atau self-discipline yang disepakati puluhan produsen tahun lalu belum efektif. Meski demikian, Jinko menyebut ada perbaikan bertahap selama periode ini.
Kedua, situasi bisa memburuk jika tarif terbaru dari Presiden AS Donald Trump resmi berlaku. Kebijakan itu mencakup bea masuk hingga 3.521% atas impor dari empat negara Asia Tenggara — lokasi produksi alternatif yang dipilih banyak produsen China untuk menghindari tarif AS.
Konsekuensi Tarif Trump
Tarif baru ini diumumkan pada April lalu dan diperkirakan final dalam beberapa pekan ke depan, tergantung hasil investigasi regulator perdagangan AS. Jika disahkan, industri solar China bisa menghadapi gelombang relokasi produksi yang mahal.
CSI Solar Co., anak usaha Canadian Solar Inc. yang terdaftar di Nasdaq, pada Senin (28/4) menyatakan sedang bersiap memindahkan kapasitas produksi ke kawasan dengan tarif lebih rendah. JA Solar juga berencana mempercepat ekspansi global, termasuk membuka pabrik di Oman.
Bagi Longi Green — produsen solar terbesar China — ketidakpastian soal dampak tarif terhadap permintaan AS membuat perusahaan menahan rencana ekspansi besar.
“Kami akan terus menjalankan jalur rantai pasok yang sudah dibangun selama ini dan melanjutkan bisnis secara bertahap di AS, sembari memantau perubahan kebijakan ke depan,” kata Chairman Zhong Baoshen dalam panggilan konferensi Rabu (30/4/2025).
Perusahaan ini juga punya pabrik di Ohio, AS, yang dibangun untuk memanfaatkan insentif era pemerintahan Biden.
Sementara itu, lonjakan pemasangan solar domestik yang menopang permintaan dalam beberapa bulan terakhir diperkirakan mereda usai tenggat 1 Juni, ketika kebijakan harga panel surya yang kurang menguntungkan mulai berlaku.
Daiwa Capital Markets memprediksi profitabilitas perusahaan solar bisa membaik secara kuartalan pada kuartal II/2025. Namun, menurut catatan analis Dennis Ip, perbaikan itu “kemungkinan tidak berkelanjutan” karena potensi kekosongan permintaan pada kuartal III-2025.
(bbn)