Logo Bloomberg Technoz

Pemerintah menetapkan diskon tarif listrik kepada pelanggan sampai 220 VA sebesar 50% dari tarif normal pada Januari dan Februari 2025. Hal ini bertujuan untuk mendongkrak daya beli masyarakat dan mengendalikan inflasi. 

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebutkan diskon tarif listrik pada Januari 2025 dinikmati oleh 71,1 juta pelanggan, sedangkan pada Februari 2025 digunakan oleh 64,8 juta pelanggan.

Namun pada April, sepertinya kedua faktor itu mulai reda. Dari sisi harga, sejumlah kebutuhan pokok malah mencatat penurunan.

Mengutip catatan Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga daging sapi murni pada April ada di Rp 136.215/kg. Angka itu 2,7% lebih rendah dibandingkan Harga Acuan Penjualan (HAP) yang sebesar Rp 140.000/kg.

Kemudian rerata harga daging ayam ras pada April adalah Rp 35.485/kg. Berada 11,29% lebih rendah dibandingkan HAP nasional.

Harga telur ayam ras pun terpantau turun. Pada April, rata-rata ada di Rp 29.175/kg. Lebih rendah 2,75% dari HAP nasional.

Sementara dampak normalisasi tarif listrik sepertinya hanya terjadi sekali atau one-off. Setelah sebulan berlalu, harga tidak mengalami perubahan.

Inflasi Tahunan

Sementara itu, konsensus Bloomberg yang melibatkan 24 institusi memperkirakan inflasi April secara tahunan (year-on-year/yoy) berada di 1,45%. Jika terjadi, maka terakselerasi ketimbang Maret yang sebesar 1,03% yoy.

Adapun untuk inflasi inti, konsensus Bloomberg yang melibatkan 17 institusi memperkirakan ada di 2,5% yoy pada April. Andai terwujud, maka naik sedikit dibandingkan Maret yang sebesar 2,48% yoy.

Mengutip riset Bahana Sekuritas, ke depan ada potensi terjadi perlambatan laju inflasi. Ini bisa terjadi andai berbagai negara tidak mampu mencapai kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat (AS).

“Jika negara seperti China gagal mencapai kesepakatan dalam negosiasi dagang, maka ada risiko kelebihan pasokan dan itu bisa dialihkan ke Indonesia. Masuknya barang impor murah akan mendorong tekanan deflasi,” sebut riset Bahana Sekuritas.

Namun, tekanan deflasi bisa berujung pada perlambatan ekonomi. Di situ Bank Indonesia (BI) mungkin bisa memainkan perannya.

“BI sudah menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi mungkin akan melambat di tengah penurunan permintaan global dan ketidakpastian terkait kebijakan tarif di AS. Bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 mungkin di bawah titik tengah proyeksi 4,7-5,5%, mencerminkan nada yang lebih berhati-hati.

“Dengan kemungkinan Federal Reserve (bank sentral AS) menurunkan suku bunga acuan 2 kali tahun ini, kami memperkirakan BI bisa melakukan hal serupa. Kami meyakini penurunan BI Rate pada semester II-2025 bisa terjadi,” papar riset Bahana.

(aji)

No more pages