Logo Bloomberg Technoz

Persentase konsumen yang memperkirakan kondisi bisnis akan memburuk dalam enam bulan ke depan naik ke level tertinggi sejak Maret 2009, saat AS masih berada dalam masa resesi. Sementara itu, jumlah konsumen yang memperkirakan akan lebih sedikit lapangan kerja dalam waktu dekat juga meningkat ke titik tertinggi dalam 16 tahun terakhir.

“Ketiga komponen ekspektasi — kondisi bisnis, prospek pekerjaan, dan pendapatan di masa depan — semuanya menurun tajam, mencerminkan pesimisme yang meluas tentang masa depan,” kata Stephanie Guichard, ekonom senior di The Conference Board, dalam pernyataannya.

Eksekutif perusahaan juga mengisyaratkan kekhawatiran bahwa anjloknya keyakinan konsumen akan berujung pada melemahnya permintaan. Mereka juga memperingatkan bahwa konsumen kemungkinan akan menghadapi harga yang lebih tinggi sebagai dampak dari tarif tersebut.

Indeks ekspektasi inflasi konsumen naik ke level tertinggi sejak November 2022, menurut laporan The Conference Board. Jumlah konsumen yang memperkirakan suku bunga akan naik dalam setahun ke depan juga bertambah.

Jumlah responden yang mengatakan bahwa mendapatkan pekerjaan saat ini terasa sulit naik menjadi 16,6%, tertinggi sejak Oktober. Sementara itu, jumlah yang menyatakan pekerjaan masih tersedia turun dibanding bulan sebelumnya. Selisih antara dua indikator ini — ukuran yang kerap dijadikan tolok ukur pasar kerja oleh para ekonom — menyempit ke titik terendah sejak September.

Defisit Dagang dan Data Tenaga Kerja

Data terpisah yang dirilis Selasa menunjukkan bahwa defisit neraca dagang barang AS secara mengejutkan melebar pada Maret ke rekor tertinggi, karena perusahaan-perusahaan mempercepat impor untuk mengantisipasi kenaikan tarif. Karena impor dihitung sebagai pengurang produk domestik bruto (PDB), data ini mengindikasikan kemungkinan lemahnya pertumbuhan ekonomi ketika estimasi awal PDB diumumkan pemerintah pada Rabu.

Laporan lain dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan bahwa jumlah lowongan pekerjaan di AS pada Maret turun ke level terendah sejak September, menandakan melemahnya permintaan tenaga kerja. Meski begitu, pasar tenaga kerja masih cukup tangguh, dengan angka PHK berada di titik terendah sejak Juni, dan laju perekrutan masih stabil.

Meski indikator sentimen, termasuk survei keyakinan dan ekspektasi bisnis, cenderung melemah dalam beberapa bulan terakhir, hal tersebut belum benar-benar tercermin dalam perlambatan pengeluaran konsumen. Penjualan ritel pada Maret justru mencatatkan kenaikan tertinggi dalam lebih dari dua tahun, sementara inflasi mulai melandai dan perekrutan tenaga kerja kembali meningkat.

“Sejauh ini, perang dagang global lebih banyak berdampak pada data lunak seperti keyakinan dan sentimen,” ujar Bret Kenwell, analis investasi di eToro, dalam catatannya. “Namun, kekhawatiran terbesar adalah bahwa pada akhirnya hal ini akan berdampak pada data keras, seperti penjualan ritel, inflasi, dan pasar tenaga kerja.”

Ekspektasi terkait kondisi keuangan pribadi juga memburuk bulan ini. Persentase konsumen yang memperkirakan pendapatan mereka akan menurun dalam enam bulan ke depan mencapai angka tertinggi sejak awal pandemi.

(bbn)

No more pages