AS menetapkan tarif baru hingga sebesar 3.521% untuk impor panel surya dari empat negara Asia Tenggara, memperberat tantangan yang sudah dihadapi pengembangan energi terbarukan di negeri itu. Keputusan ini merupakan hasil dari penyelidikan perdagangan selama setahun yang dimulai pada masa pemerintahan Biden dan menemukan bahwa produsen panel surya di Kamboja, Vietnam, Malaysia, dan Thailand mendapatkan keuntungan tidak adil dari subsidi pemerintah. Tarif baru ini di luar tambahan tarif luas yang sebelumnya diberlakukan oleh Donald Trump. Pemberlakuan tarif ini datang saat AS diperkirakan akan menambah sekitar 502 gigawatt kapasitas energi surya dalam 10 tahun ke depan, menurut estimasi dari Wood Mackenzie.

Emas

Lonjakan perdagangan harian di Shanghai Futures Exchange mendorong harga emas dunia melampaui US$3.500 per ounce baru-baru ini, seiring dengan gelombang investor China yang mencari tempat berlindung di tengah kekhawatiran atas perang dagang Trump. Volume kontrak emas yang diperdagangkan di bursa tersebut melonjak ke rekor 1,88 juta lot pada 23 April, mengikuti tren peningkatan arus transaksi sejak awal bulan. Tren ini diperkirakan akan berlanjut, didorong oleh derasnya promosi di media sosial Tiongkok yang mendorong pembelian emas ritel, dengan banyak investor berusaha melindungi aset mereka dari ketegangan geopolitik dan potensi pelemahan yuan.

Peluang Ekspor Pangan

Meningkatnya ketegangan antara AS dan China — masing-masing sebagai pemasok dan konsumen produk pertanian terbesar dunia — membuka peluang bagi negara-negara Amerika Selatan untuk meningkatkan ekspor pangan mereka. Salah satu peluang terbaru adalah di sektor daging. Tarif yang diberlakukan Trump terhadap delapan dari sepuluh pembeli daging sapi utama AS telah mengubah alur perdagangan, mendorong peningkatan ekspor daging sapi Brasil ke pasar halal seperti Aljazair dan Turki. Jepang, sebagai pembeli daging sapi terbesar kedua AS, kini tengah dalam tahap lanjutan untuk memulai pembelian daging yang lebih murah dari Brasil.

(bbn)