Indeks dolar AS diperdagangkan sedikit turun pagi ini di Asia setelah dini hari tadi pada penutupan bursa New York, DXY ditutup menguat hampir 1%.
Ketidakpastian yang tetap besar di pasar global masih menjadi tema utama yang rentan membawa rupiah terperosok menjebol level psikologis baru.
Terbaru dalam lanskap global, sentimen risk-on sedikit terangkat lagi menyusul tanda-tanda bahwa Trump memikirkan kembali elemen paling agresif dari sikap agresifnya terhadap perdagangan juga terhadap bank sentralnya, yakni Federal Reserve.
Suasana di Wall Street membaik terbantu oleh laporan yang menyatakan AS bersedia menerapkan tarif yang lebih ringan pada Beijing selama lima tahun. Trump mengatakan secara terpisah, AS akan mencapai kesepakatan yang adil dengan China dan pada Rabu malam di Washington mengatakan China mungkin akan menerima tarif baru dalam dua hingga tiga pekan ke depan.
Namun, kesemuanya itu juga masih sangat dinamis. Dengan kondisi pasar di Indonesia sudah terlebih dulu muram bahkan ketika gong perang dagang ditabuh, perkembangan negatif sedikit saja di pasar global, akan dengan mudah menjatuhkan kekuatan mata uang.
Secara teknikal nilai rupiah berpeluang makin melemah ke Rp16.900/US$ sampai dengan Rp16.940/US$, dengan mencermati support kuat rupiah di level Rp17.000/US$.
Sementara trendline sebelumnya pada time frame daily menjadi resistance terdekat potensial pada level Rp16.850/US$. Kemudian, target penguatan lanjutan untuk kembali ke level Rp16.800/US$.
Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp17.000/US$ usai pelemahan, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah hingga Rp17.100/US$ menyusul tekanan sebelumnya.
Sebaliknya apabila terjadi penguatan optimis di Rp16.770/US$ dalam tren jangka menengah (Mid-term), maka rupiah berpotensi terus menguat dan uji resistance baru hingga Rp16.600/US$.
(rui)


























