Logo Bloomberg Technoz

Dengan beralihnya peran LGES ke Huayou di Proyek Titan, Rosan memastikan total komitmen investasi terhadap proyek baterai Indonesia Grand Package tidak akan berubah dari US$9,8 miliar (sekitar Rp165,32 triliun).

Sudah Pengalaman

Saat ditanya mengenai pemilihan Huayou untuk menggantikan posisi LGES di Proyek Titan, Rosan menjelaskan perusahaan China tersebut sudah memiliki pengalaman investasi di sektor penghiliran nikel Indonesia dengan nilai yang jauh lebih besar sebelumnya.

“Mereka pun sudah berinvestasi di daerah Weda Bay juga. Jadi mereka sudah sangat-sangat paham, sangat-sangat mengerti. Pada saat bersamaan, mereka juga sudah mempunyai sumber daya untuk pengembangan ini ke depannya,” tutur Rosan.

“Untuk itu, Huayou yang masuk rencananya untuk menggantikan LG.”

Rosan juga menegaskan pemerintah sudah bertemu dengan perwakilan Huayou untuk membahas rencana pengambilalihan posisi LGES di Proyek Titan.

Pihak Huayou pun memberikan respons positif lantaran perusahaan tersebut sudah mengincar posisi tersebut sejak 2024. 

“Jadi sebenarnya dalam konsorsium LG itu memang sudah ada Huayou-nya. Akan tetapi, mereka sekarang yang menjadi leading consortium. Itu saja.”

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia pertama kali mengumumkan Huayou bakal menggantikan posisi yang LGES di proyek Titan, usaha patungan baterai dengan IBC.

Bahlil menggarisbawahi, secara keseluruhan, proyek hilirisasi bijih nikel menjadi baterai EV di Tanah Air tidak mengalami perubahan mendasar.

Hal yang terjadi, kata Bahlil, hanyalah penyesuaian mitra investasi dalam struktur usaha patungan atau joint venture (JV) di Proyek Titan yang bernilai hampir US$8 miliar (sekitar Rp135 triliun) tersebut.

"Perubahan hanya terjadi pada level investor, di mana LG tidak lagi melanjutkan keterlibatannya pada JV 1, 2, dan 3 yang baru, dan telah digantikan oleh mitra strategis dari China, yaitu Huayou, bersama BUMN kita," ujarnya melalui siaran pers, Rabu (23/4/2025).

Dia pun menekankan bahwa, secara konsep, pembangunan megaproyek baterai yang juga dijuluki Indonesia Grand Package tersebut tidak ada yang berubah. "Infrastruktur dan rencana produksi tetap sesuai dengan peta jalan awal."

Bahlil berharap pergantian posisi investor dari LGES ke Huayou dapat mempercepat rencana investasi baterai EV dari lini kerja sama IBC pada proyek Titan tersebut. 

Tren investasi pabrik baterai EV global. (Sumber: Bloomberg)

Untuk diketahui, Proyek Titan merupakan salah satu dari lima megaproyek baterai EV yang ada di Indonesia, selain Dragon, Omega, BESS, dan Volt.

Adapun, Huayou sendiri sebenarnya bukan 'wajah baru' di Proyek Titan. Lewat head of agreement (HoA) yang diteken pada 2021, konsorsium LGES saat itu menggandeng beberapa rekanan produsen dan manufaktur yang mayoritas berbasis di Korea Selatan seperti LGES, LG Chem, LG International dan Posco.

Sementara itu, satu mitra mereka berasal dari China yakni Huayou Holding. Namun, dalam perkembangannya, Proyek Titan kerap diterpa isu negosiasi yang alot dengan pihak LGES.

Dilaporkan Bloomberg Technoz pada awal Februari 2023, rencana MIND ID mengembangkan fasilitas produksi baterai EV bersama LGES memang sudah terendus terancam batal.

Pembentukan perusahaan patungan LGES dengan IBC, holding BUMN baterai, masih penuh tanda tanya sejak September 2022.

Menurut Direktur Utama MIND ID saat itu, Hendi Prio Santoso, kelanjutan dari pengembangan ekosistem baterai EV dengan LGES masih belum jelas lantaran negosiasi antara kedua belah pihak sempat mandek. 

LGES bahkan menyerahkan kembali negosiasi kepada rekanan konsorsium Huayou lantaran menemukan aspek yang kurang pada proyek Titan tersebut.

"Kami dapat informasi dari Antam bahwa LG itu masih belum jelas statusnya, tetapi LG mendorong anggota konsorsiumnya Huayou untuk melanjutkan diskusi dan negosiasi," kata Hendi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (6/2/2023).

Hendi menyebut perwakilan Antam sudah bernegosiasi dengan pihak Huayou. Namun, negosiasi itu juga tak berjalan mulus lantaran MIND ID menilai perusahaan tersebut bukan mitra bisnis yang tepat untuk Antam.

Sebab, portofolio Zhejiang Huayou Cobalt lebih banyak pada pengembangan smelter, alih-alih produksi baterai. Hal ini tidak sesuai dengan target MIND ID yang ingin berfokus pada investasi dan pengembangan fasilitas produksi baterai kendaraan listrik.

"Akan tetapi, kami menilai bahwa Huayou bukan counterpart yang seimbang dengan Antam untuk melanjutkan proses negosiasi. Jadi kami masih menginginkan bahwa adanya konsorsium yang lengkap sampai ke produksi baterai kendaraan listriknya," tutur Hendi.

Adapun, Zhejiang Huayou Cobalt merupakan perusahaan tambang asal China yang pada awalnya bekerja sama dengan LGES di proyek tersebut.

Keduanya sepakat membentuk perusahaan patungan pada Juli 2022 untuk mengekstraksi nikel, kobalt, dan litium dari baterai bekas, kompenen utama untuk produksi baterai kendaraan listrik.

-- Dengan asistensi Azura Yumna Ramadani Purnama 

(wdh)

No more pages