Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 29 Analis/ Ekonom hingga pagi ini menghasilkan median proyeksi BI Rate di 5,75%. Artinya, Gubernur Perry Warjiyo dan kolega masih akan mempertahankan suku bunga acuan.
Suara pasar bersifat bulat, aklamasi, tidak ada dissenting opinion. Dari 29 Analis/ Ekonom, hanya terdapat 2 yang bersuara BI bisa kembali memangkas suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 5,50%.
Suara mayoritas tetap memperkirakan BI Rate bertahan di 5,75% dilatarbelakangi oleh kebutuhan menjaga stabilitas nilai tukar. Salah satu yang memperkirakan demikian adalah Ekonom Bloomberg Economics Tamara Mast Henderson.
“Sebenarnya BI mencari ruang untuk memangkas bunga acuan demi mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, rupiah sejauh ini menjadi mata uang dengan kinerja lebih buruk dibanding mata uang lain di Asia, hal itu menjadi sebuah tanda bahaya bagi BI untuk bertindak hati-hati,” kata Tamara dalam riset terbarunya.
Pemangkasan bunga acuan yang mengejutkan seperti yang pernah terjadi pada Januari lalu, bisa makin mengganggu stabilitas rupiah.
Mengacu data Bloomberg, sepanjang 2025, rupiah menjadi satu-satunya mata uang di Asia yang melemah terhadap dolar AS dengan penurunan nilai hingga hampir 5% year–to–date dengan hari ini sudah menyentuh Rp16.863/US$ dalam intraday trading hari Selasa. Ironisnya, pelemahan rupiah itu terjadi bahkan ketika indeks dolar AS melemah sampai lebih dari 9% sepanjang tahun ini.
Kemudian, data ekonomi penting lainnya, Badan Pusat Statistik memaparkan data perdagangan internasional Indonesia periode Maret 2025. Di luar dugaan, ekspor berhasil tumbuh positif dalam tren tahunan dan bulanan.
Pada Senin, BPS menuturkan, nilai Neraca Perdagangan Indonesia mengalami surplus US$4,33 miliar pada Maret dengan kenaikan positif US$1,23 miliar secara bulanan. Jauh lebih tinggi ketimbang perkiraan pasar sebelumnya yaitu US$2,86 miliar di median Bloomberg.
Neraca Perdagangan telah membukukan surplus selama 59 bulan beruntun. menyusul surplus terpanjang bagi RI hingga 152 bulan berturut-turut pada Juni 1995–April 2008.
BPS menyebutkan surplus pada Maret 2025 lebih ditopang oleh surplus dari komoditas non–migas, mencapai US$6 miliar. Dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
Laporan terbaru dari IMF yang diumumkan tadi malam mungkin akan membebani gerak indeks. IMF memperkirakan perekonomian RI pada 2025 dan 2026 hanya akan tumbuh 4,7%, turun dibanding prediksi sebelumnya sebesar 5,1%. Pelemahan laju ekonomi RI itu adalah karena dampak perang dagang yang juga menyeret kelesuan di seluruh dunia.
Sentimen Pasar Global
Dari global, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, pernyataan terbaru Menteri Keuangan AS, Scott Bessent bahwa de-eskalasi perang tarif (perang dagang) antara AS dengan China akan terjadi dalam waktu dekat.
Tarif impor luar biasa tinggi yang diterapkan oleh masing-masing negara diperkirakan tidak akan bertahan lama. Pasar menilai bahwa melalui pernyataan tersebut AS dinilai mendorong negosiasi antara AS dengan China.
Pasar menantikan amat cermat perkembangan isu trade wars dan politik dalam negeri AS.
“Isu politik dimaksud adalah peningkatan ketegangan hubungan Presiden AS, Donald Trump dengan Kepala The Fed, Jerome Powell dalam sepekan. Ketegangan ini membangun rumor pemecatan Powell sebagai Kepala The Fed, hingga petinggi-petinggi The Fed lainnya. Hal ini dikhawatirkan mengganggu independensi The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter,” jelas Phintraco.
Prediksi Analis Pasar Saham
Mencermati itu, Phintraco, IHSG diperkirakan uji level 6.550–6.600 di Rabu hari ini.
Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BMRI, BBRI, SMGR, INKP, dan UNVR.
Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, secara trend jangka panjang, IHSG masih berada dalam tren bearish.
Adapun pada perdagangan kemarin IHSG menguat 1,43% menuju level 6.538.
“Saat ini, IHSG mampu untuk menembus level resistance–nya dan berpotensi untuk melanjutkan penguatan hingga resistance selanjutnya pada level 6.700an,” mengutip paparan BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Rabu (23/4/2025).
Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini,BMRI, ARTO, dan PANI.
(fad)





























