Banyak orang yang mencoba “menebak pasar”, membeli saat harga turun dan menjual saat harga naik. Sayangnya, hal ini sangat sulit dilakukan secara konsisten. Dengan investasi rutin, para investor tidak perlu memikirkan kapan waktu terbaik untuk masuk karena strategi ini menyebarkan risiko.
Semakin sering seseorang investor menanamkan modal, semakin besar potensi hasilnya karena bunga berbunga. Keuntungan dari investasi akan menghasilkan keuntungan lagi seiring waktu. Investasi rutin mendorong kita untuk berpikir jangka panjang. Kita menjadi lebih sabar dan tidak mudah panik saat pasar turun.
Banyak orang yang ingin mulai berinvestasi tapi bingung harus mulai dari mana. Berikut langkah-langkah yang bisa diikuti. Pertama, tentukan tujuan investasi. Sebelum mengalokasikan dana investasi, tanyakan dulu pada diri sendiri, “Untuk apa saya berinvestasi? Apakah untuk dana pendidikan anak, membeli rumah, pensiun, atau hanya untuk menumbuhkan aset? Tujuan akan menentukan jangka waktu, jenis instrumen, dan besarnya investasi.
Kedua, hitung kemampuan finansial. Pastikan berinvestasi hanya menggunakan dana yang benar-benar "dingin" atau tidak akan digunakan dalam jangka pendek. Jangan menggunakan dana darurat atau kebutuhan harian. Sebagai panduan, bisa mulai menyisihkan 10% dari penghasilan bulanan. Misalnya, jika penghasilan kita Rp10 juta, alokasikan Rp1 juta untuk investasi secara rutin setiap bulan.
Ketiga, pilih instrumen investasi yang sesuai. Jika masih pemula dan belum memiliki banyak waktu untuk belajar, reksa dana bisa jadi pilihan awal yang aman dan sederhana. Untuk yang lebih berani mengambil risiko dan sudah punya pengetahuan dasar, saham bisa memberikan potensi return lebih tinggi. Ada juga instrumen lain seperti obligasi, dan ETF (Exchange Traded Fund) dengan tingkat risiko yang lebih rendah.
Keempat gunakan platform investasi yang terpercaya. Pilih platform atau perusahaan sekuritas yang terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Banyak aplikasi investasi kini memudahkan kita berinvestasi hanya dengan smartphone. Beberapa bahkan memiliki fitur auto-invest yang bisa memotong saldo dan menginvestasikannya otomatis tiap bulan. Jika disimulasikan, investasi yang dilakukan secara rutin hasilnya seperti ini. Contoh, investasi rutin: Rp500.000 per bulan. Return rata-rata per tahun: 10% (konservatif). Jangka waktu investasi 10 tahun. Total uang yang disetorkan: Rp500.000 x 12 bulan x 10 tahun = Rp60 juta. Dengan bunga majemuk 10% per tahun, nilai akhir investasi bisa menjadi sekitar Rp103 juta. Artinya, keuntungan yang didapat sekitar Rp43 juta. Bayangkan jika kita melakukannya selama 20 tahun atau meningkatkan nilai investasinya tiap tahun.
Sebagai tambahan, strategi cerdas dalam investasi rutin bisa dilakukan dengan cara melakukan otomatisasi investasi. Yaitu menggunakan fitur autodebit dari rekening ke akun investasi agar kita tidak lupa atau tergoda untuk menggunakan uang tersebut untuk hal lain. Kita juga bisa meningkatkan nominal investasi secara bertahap. Jika penghasilan kita naik, tingkatkan juga jumlah investasi kita. Jangan stagnan di nominal yang sama selama bertahun-tahun.
Perlu diingat, jangan hanya berinvestasi di satu instrumen. Gabungkan antara saham, reksa dana, dan obligasi agar portofolio kita lebih tahan terhadap gejolak pasar. Dan yang terpenting, tetap konsisten saat pasar turun. Salah satu keunggulan investasi rutin adalah kita bisa membeli aset saat harganya rendah. Banyak orang berhenti investasi saat pasar turun, padahal itulah saat terbaik untuk “belanja murah”.
Lakukan evaluasi performa investasi minimal setahun sekali. Lihat apakah portofolio kita masih sesuai dengan tujuan, profil risiko, dan kondisi keuangan saat ini. Namun, meskipun investasi rutin adalah strategi yang sangat baik, tetap ada kesalahan umum yang perlu diwaspadai. Pertama, tidak punya dana darurat. Jangan langsung investasi sebelum memiliki dana darurat minimal 3-6 bulan pengeluaran, karena investasi bukan pengganti dana darurat.
Kedua, mulailah dari jumlah kecil terlebih dahulu. Fokus pada konsistensi, bukan besarannya. Ketiga, jangan terlalu sering cek harga karena bisa membuat emosional. Percayalah pada proses dan tetap fokus pada jangka panjang. Keempat, hindari ikut-ikutan tanpa pengetahuan yang memadai. Jangan asal ikut investasi yang sedang tren tanpa memahami risiko dan cara kerjanya.
Berinvestasi secara rutin bukan hanya soal uang, tapi soal mentalitas, kedisiplinan, dan komitmen jangka panjang. Setiap investor tak perlu menjadi ahli keuangan untuk mulai berinvestasi. Yang dibutuhkan adalah keberanian untuk memulai dan konsistensi. Bahkan jika misalnya seorang investor pemula hanya punya Rp100.000 per bulan, itu sudah cukup untuk menanam benih masa depan yang lebih cerah. Seperti pepatah bijak, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.”
Hindari mitos “Saya harus punya uang banyak dulu baru bisa investasi.” Salah! Justru dengan investasi rutin dari nominal kecil, kita bisa membangun dana besar secara bertahap. Jangan pernah berpikir “Investasi harus untung cepat.” Jangan juga mendengarkan perkataan “Pasar saham lagi turun, lebih baik tunggu naik baru beli.” Ingat, tujuan utama investasi bukan mencari waktu terbaik untuk masuk, melainkan memberikan waktu yang cukup bagi uang kita untuk tumbuh. Dengan memulai lebih awal, tetap konsisten dan selalu memiliki informasi yang cukup, kita sedang menyiapkan masa depan keuangan yang lebih aman, nyaman, dan penuh peluang.
(tim)