Eskalasi militer ini semakin memperkuat spekulasi bahwa Israel—yang kini telah menguasai lebih banyak wilayah Gaza dibandingkan pada titik mana pun sejak perang dimulai—berencana melakukan pendudukan militer penuh atas wilayah tersebut. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, sebelumnya menyatakan bahwa IDF akan tetap berada secara permanen di zona-zona keamanan di Gaza demi melindungi komunitas warga Israel.
Serangan mendadak Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 250 orang disandera. Serangan balasan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 50.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas.
Sejumlah sandera Israel telah meninggal dunia, sementara sebagian lainnya ditukar dengan tahanan Palestina dalam kesepakatan gencatan senjata yang telah berakhir. Hamas masih menahan 59 sandera—dengan jumlah yang diyakini Israel, kurang dari 25 orang masih hidup.
Israel terus meningkatkan tekanan untuk membebaskan para sandera yang tersisa sembari berupaya melucuti kekuatan militer Hamas.
Kepada Bloomberg pada Rabu, pejabat Hamas Mahmoud Mardawi menyatakan bahwa kelompoknya menolak menyerahkan senjata dan tidak akan membahas isu tersebut dalam negosiasi apa pun. Ia menambahkan bahwa saat ini Hamas sedang menyusun tanggapan untuk diberikan kepada para mediator terkait proposal dari Israel, namun tidak menjelaskan isi dari usulan kesepakatan tersebut.
Saat ini, negosiasi gencatan senjata baru tengah berlangsung dengan mediasi dari Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir. Hamas menegaskan bahwa kesepakatan gencatan senjata harus mencakup penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza serta penghentian total pertempuran di wilayah tersebut.
(bbn)






























